Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sistem Deteksi Dini Buoy BPPT Tetap Siaga Pasca-Gempa yang Terjadi di Bayah Banten

Pemantauan kondisi pascagempa ini dilakukan melalui sistem deteksi dini tsunami berbasis Buoy yang dipasang di Perairan Selatan Selat Sunda (Buoy SUN)

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Sistem Deteksi Dini Buoy BPPT Tetap Siaga Pasca-Gempa yang Terjadi di Bayah Banten
Dok.BPPT
Tampilan website InaTOC yang memuat data Buoy BPPT di Selatan Selat Sunda (Buoy SUN), Selatan Malang (Buoy MLG) dan Selatan Bali (DPS). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pascaterjadinya gempa bumi dengan kekuatan M 5,1 di Bayah, Banten pada 14 April lalu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus melakukan pemantauan.

Pemantauan kondisi pascagempa ini dilakukan melalui sistem deteksi dini tsunami berbasis Buoy yang dipasang di Perairan Selatan Selat Sunda (Buoy SUN).

Terkait peristiwa ini, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Yudi Anantasena mengatakan kondisi gempa dengan hypocenter yang dalam dan berkekuatan di bawah M 6,5 tidak berpotensi terjadi tsunami.

Hal tersebut, kata dia, dibuktikan dan diperkuat dengan tidak adanya alert mode dari Buoy SUN.

Sejauh ini Buoy SUN terus siaga memantau perkembangan pasca gempa dengan mengirimkan data secara real time tiap 15 menit Ke stasiun penerima data (Read Down Station) di Indonesia Tsunami Observation Center (InaTOC) BPPT di Jakarta.

Baca juga: Kisah Pilu Nenek Sukini di Lumajang, Rumah Roboh Kena Gempa, Kini Tinggal di Kandang Kambing

Karena gempa bumi tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Berita Rekomendasi

"Buoy ini selalu siaga memantau kondisi perairan laut selama 24 jam 7 hari nonstop dan setiap 15 menit sekali selalu mengirimkan data ke stasiun penerima di kantor BPPT," ujar Yudi, dalam keterangan resminya, Jumat (16/4/2021) sore.

Namun jika berpotensi terjadi tsunami, maka alat ini akan lebih cepat mengirimkan data real time, yakni 15 detik sekali.

"Sedangkan dalam kondisi alert mode, saat terjadi tsunami, buoy akan mengirimkan data setiap 15 detik sekali," kata Yudi.

Perlu diketahui, sebelumnya telah terjadi gempa bumi dengan kekuatan M 5,1 pada 14 April lalu, pukul 13.28 WIB.

Baca juga: Hidayat Nur Wahid Apresiasi Mensos Salurkan Santunan Gempa Malang

Pusat gempa berada di Barat Daya Bayah, tepatnya pada kedalaman 59 km di bawah permukaan laut.

Gempa bumi ini diperkirakan disebabkan adanya pertemuan lempeng tektonik di Samudera Hindia yang terus aktif bergerak.

Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan bahwa pihaknya terus fokus untuk mendorong agar program penguatan peringatan dini tsunami yang telah direncanakan sejak 2020 hingga 2024 mendatang bisa sukses.

Oleh karena itu, kata dia, saat ini tim dari Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) BPPT terus mempercepat pemasangan Buoy tsunami.

Perlu diketahui, hingga saat ini, lembaga yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) ini telah melakukan penyebaran (deploy) Buoy pada 3 dari 11 lokasi yang ditargetkan rampung akhir 2021.

Ketiga Buoy itu telah dideploy di Perairan Malang dan Selat Sunda pada awal Maret lalu, serta dilanjutkan di Perairan Selatan Bali pada 12 April lalu.

Sepanjang 2021, tim InaTEWS BPPT akan mengebut program deploy Buoy dengan menempatkan total 11 buoy di 11 lokasi perairan Indonesia.

Direktur Teknologi Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana sekaligus General Manager Program Management Office InaTEWS BPPT, M Ilyas mengatakan bahwa untuk mempercepat program penguatan peringatan dini tsunami ini, 15 pusat teknologi pun turut dikerahkan.

Baca juga: BNPB: Gempa M 5,1 Guncang Wilayah Sukabumi dan Lebak

"BPPT mengerahkan 15 pusat teknologi untuk menjamin program pengembangan deteksi dini tsunami dapat dilakukan dengan cepat dan sukses," kata Ilyas.

Terkait informasi mengenai InaTEWS, BPPT bahkan telah membangun pusat observasi tsunami Indonesia (InaTOC) yang bisa diakses melalui laman http://www.inatoc.id/.

Sedangkan untuk mengintegrasikan berbagai data kebencanaan serta data pendukung lainnya, lembaga ini juga telah mengembangkan sistem integrasi informasi kebencanaan yang disebut Indonesian Network for Detection Information (INDI).

Seperti yang disampaikan Koordinator INDI BPPT, Joko Widodo.

"Di dalam sistem INDI telah terintegrasi berbagai data kebencanaan dan data pendukung lainnya," kata Joko.

Masyarakat pun dapat langsung mengakses informasi yang ada di sistem INDI melalui laman http://indi.bppt.go.id/ dan ikut memantau kondisi kebencanaan di Indonesia.

Sebagai negara yang terletak di cincin api, Indonesia rentan mengalami bencana alam, baik gempa bumi maupun tsunami.

Karena itu, diperlukan adanya upaya mitigasi bencana, satu diantaranya melalui penerapan Sistem Peringatan Dini Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

BPPT sebagai lembaga pemerintah yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi sebelumnya telah berencana untuk menempatkan 11 unit Buoy yang diproduksi PT PAL sebagai bagian dari penguatan ekosistem inovasi sepanjang 2021 ini.

Pada 12 April lalu, lembaga tersebut telah memasang Buoy di Perairan Selatan Bali (Buoy DPS) yang kini mulai beroperasi.

Hal ini ditunjukkan melalui data tinggi muka air yang dikirimkan menggunakan media satelit ke stasiun penerima data (Read Down Station) di InaTOC (Indonesia Tsunami Observation Center) BPPT di Jakarta.

Pemasangan dan operasionalisasi Buoy tsunami Selatan Bali ini diklaim sebagai keberhasilan kali ke-3 bagi BPPT dalam menerapkan sistem pendeteksi dini tsunami berbasis Buoy.

Sebelumnya, lembaga tersebut telah memasang Buoy di Perairan Selatan Malang pada 8 Maret 2021 dan di Selatan Selat Sunda pada 21 Maret 2021.

Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan bahwa pihaknya terus berkomitmen untuk merealisasikan rencana dalam melakukan penyebaran (deploy) sistem deteksi dini tsunami Buoy pada 24 lokasi nusantara.

Rincian penempatannya adalah 11 titik perairan Indonesia direalisasikan sepanjang 2021 dan 13 lokasi lainnya akan dilakukan hingga 2024 mendatang.

"Keberhasilan pemasangan dan operasionalisasi Buoy DPS menunjukkan keseriusan dan komitmen BPPT dalam menyediakan sistem pemantauan tinggi muka air laut untuk tsunami di 11 lokasi perairan Indonesia pada 2021 dan sebanyak 13 lokasi hingga tahun 2024," jelas Hammam, dalam keterangan resminya, Selasa (13/4/2021).

Program deploy Buoy yang telah berjalan sejak 2020 ini, kata dia, merupakan hal yang harus dilakukan dalam upaya membangun sistem mitigasi bencana terintegrasi di Indonesia.

Nantinya, data dari Buoy ini akan menjadi bagian dari InaTEWS, sistem ini akan melakukan konfirmasi melalui verifikasi informasi peristiwa tsunami kepada masyarakat yang sebelumnya disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Perlu diketahui, Buoy SUN, Buoy MLG dan Buoy DPS merupakan inovasi yang dikembangkan BPPT dan diproduksi PT PAL dalam proses hilirisasi teknologinya.

Hammam pun optimis, beroperasinya Buoy DPS ini dapat mendorong terwujudnya ekosistem industri nasional di sektor kebencanaan, khususnya dalam upaya mendukung kemandirian teknologi tanah air.

Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT ini pun berharap sistem ini dapat meminimalisir korban, jika tsunami terjadi.

"Ketiga Buoy yang telah beroperasi ini (diharapkan) dapat memberikan informasi bencana tsunami yang lebih cepat, sehingga masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri," papar Hammam.

Terkait Buoy DPS di Perairan Selatan Bali, pemasangannya dilakukan menggunakan wahana Kapal Riset (KR) Baruna Jaya III yang dikelola Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla) BPPT.

Pemasangan Buoy ini dilakukan setelah dua hari terjadinya peristiwa gempa bumi di Samudera Hindia, tepatnya wilayah Selatan Malang pada 10 April lalu.

Kapal riset ini berhasil menempatkan Buoy DPS dengan ocean bottom unit (OBU) pada kedalaman 4282,5 m, posisi 115o12’37.52”E, 9o44’22.38”S serta pada jarak 112 km dari Kota Denpasar, Bali.

Sebelumnya Hammam menyampaikan bahwa pada tahun ini, rencananya BPPT akan melakukan deploy 11 unit Buoy yang diproduksi PT PAL sebagai bagian dari penguatan ekosistem inovasi.

Seluruh Buoy ini akan dipasang di lokasi perairan Indonesia, meliputi Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau (GAK), Perairan Selatan Bali, Perairan Gunung Sitoli, Perairan Sebelah Selatan Cilacap, Perairan Bengkulu, Perairan Utara Papua dan Utara Sorong, Perairan Sangir Talaud, Maluku Utara, termasuk di Selatan Perairan Kabupaten Malang.

Alat deteksi tsunami Buoy ini pun nantinya akan dilengkapi pula dengan Kabel Bawah Laut atau Cable Based Tsunameter (CBT) yang ditempatkan di Labuan Bajo dan Rokatenda.

"Pada tahun 2021 ini, akan ditempatkan sebanyak 11 unit Buoy secara keseluruhan serta akan dilengkapi pula dengan 2 lokasi kabel bawah laut di Labuan Bajo dan Rokatenda. BPPT terus berburu inovasi untuk menerapkan teknologi dalam mitigasi bencana tsunami," kata Hammam.

Lokasi penempatan 11 Buoy ini merupakan bagian dari Program Pengembangan dan Penguatan Sistem Informasi Peringatan Dini Gempa dan Tsunami (InaTEWS) BPPT Tahun 2020-2024 sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2019.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas