Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dianggap Ancam Pertahanan Kesehatan Gelombang Pemudik Curi Start Perlu Diwaspadai

Aksi mencuri start mudik lebaran sebelum 6 Mei 2021 harus diwaspadai karena bisa mengancam pertahanan kesehatan.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Dianggap Ancam Pertahanan Kesehatan Gelombang Pemudik Curi Start Perlu Diwaspadai
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
MUDIK LEBIH AWAL - Calon penumpang memadati Terminal AKAP Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (9/4/2021). Terkait adanya larangan mudik oleh pemerintah, sejumlah warga mengakalinya dengan mudik lebih awal untuk menjalani tradisi munggah yakni menjalani pekan pertama puasa ramadan di kampung bersama keluarga besarnya, setelah itu mereka kembali lagi ke Jakarta dan merayakan lebaran di ibukota. WARTA KOTA/NUR ICHSAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi mencuri start mudik lebaran sebelum tanggal 6 Mei 2021 harus diwaspadai.

Hal tersebut bisa mengancam pertahanan kesehatan dan bukan tidak mungkin bakal mengarah seperti kejadian di India dimana kasus positif covid-19 meroket.

"Harus diwaspadai potensi mudik di luar ketentuan resmi, karena akan mengancam pertahanan kesehatan kita. Kasus di India harus menjadi cermin kita bersama," kata Anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa(20/4/2021).

Baca juga: Sebut Kebijakan Larangan Mudik Sudah Benar, Dokter Reisa Sajikan Data Lonjakan Covid-19 Saat Liburan

Menurut Rahmad perlu langkah dan antisipasi nyata dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat untuk menghindari peningkatan kasus Covid-19 seperti di India. Satu di antara caranya mematuhi larangan mudik.

Rahmad mengingatkan pandemi setiap saat bisa meledak jika masyarakat lengah dan abai terhadap ketentuan pemerintah. 

"Bila nekat mudik, perlu langkah tegas dari aparat desa dan petugas keamanan untuk melarang masuk wilayah tujuan. Bila nekat, ya diminta pulang lagi," tutur Rahmad.

Baca juga: Legislator PDIP: Jika Nekat Mudik, Indonesia Bisa Seperti India

Sementara itu Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengimbau kepada masyarakat untuk terus menjaga diri, mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dan WHO. 

Berita Rekomendasi

"Kita harus berkaca pada negara lain, di mana banyak sekali orang yang terpapar Covid-19 yang justru tidak selamat. Di India masyarakatnya sangat kesulitan karena tingkat penyebaran virus mencapai 100 ribu per hari," ujar Saleh.

Saleh berharap kondisi di India tidak terjadi di Indonesia.

"Satu-satunya cara untuk mengantisipasi adalah dengan mematuhi protokol kesehatan, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan," katanya.

Baca juga: Menag: Mudik Paling Banter Hukumnya Sunah, Sementara Jaga Kesehatan Wajib

Saleh menilai pemerintah perlu mengimbau masyarakat untuk tetap berada di tempat tinggal masing-masing alias tidak mudik.

Karena penyebaran virus Covid-19 sangat tergantung pada tingkat mobilitas masyarakat.

"Karena itu, masyarakat tetap di tempat tinggal masing-masing, tidak ada kontak antara satu orang dengan orang tertentu kepada orang lain di daerah lain," kata Saleh.

Untuk mengantisipasi masyarakat tetap mudik, dia meminta pemerintah konsisten melakukan penyekatan di perbatasan.

Saleh sepakat masyarakat yang nekat mudik diisolasi ketika tiba di daerah tujuan. 

"Tidak mudik dulu untuk mengendalikan Covid-19. Itu yang harus dipahami masyarakat kita. Memang tidak mudah, tapi saya kira kalau dikerjakan masih ada harapan," kata Saleh.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas