Jokowi Tegas Desak Junta Militer Hentikan Kekerasan, Kepentingan Masyarakat Myanmar Jadi Prioritas
Saat bertemu pemimpin negara ASEAN serta otak kudeta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, Jokowi meminta agar kekerasan di Myanmar segera disetop
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pesan tegas dalam Pertemuan Pemimpin ASEAN atau ASEAN Leaders' Meeting (ALM) yang digelar di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Pertemuan tersebut digelar khusus untuk membahas krisis yang terjadi di Myanmar.
Saat bertemu pemimpin negara ASEAN serta otak kudeta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, Jokowi meminta agar kekerasan di Myanmar segera disetop.
"Kekerasan harus dihentikan dan demokrasi dan stabilitas dan perdamaian di Myanmar harus dikembalikan. Kepentingan masyarakat Myanmar harus selalu jadi prioritas," kata Jokowi dalam konferensi pers secara daring.
Jokowi juga meminta pimpinan militer Myanmar berkomitmen dalam sejumlah hal.
"Permintaan komitmen pertama, penghentian penggunaan kekerasan dari militer Myanmar. Di saat yang sama, semua pihak harus menahan diri sehingga ketegangan dapat diredakan," tuturnya.
Kedua, Jokowi meminta junta militer Myanmar melakukan proses dialog yang inklusif, pelepasan tahanan politik, "dan perlu segera dibentuk special envoy ASEAN, yaitu Sekjen dan Ketua ASEAN untuk mendorong dialog semua pihak di Myanmar."
Baca juga: Lewat KTT ASEAN, Politikus PKS Berharap Demokrasi di Myanmar Segera Dipulihkan, Kekerasan Dihentikan
Ketiga, komitmen pembukaan akses bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang dikordinasi oleh Sekjen ASEAN.
"Indonesia berkomitmen mengawal terus tindak lanjut dari komitmen tersebut agar krisis politik di Myanmar dapat segera diatasi," kata Jokowi.
Jokowi mengungkapkan konsensus tercapai di antara para pemimpin negara anggota ASEAN terkait penghentian kekerasan di Myanmar oleh militer.
"Kita bersyukur bahwa apa yang disampaikan Indonesia sejalan dengan yang disampaikan pemimpin ASEAN, sehingga pemimpin ASEAN telah mencapai konsensus," tuturnya.
"Ada lima butir konsensus. Isinya kurang lebih sama dengan yang saya sampaikan (di KTT)," lanjutnya.
Jokowi menyatakan konsensus akan disampaikan di konferensi pers terpisah oleh Ketua ASEAN, Sultan Hassanal Bolkiah, yang juga hadir di KTT.
Saat ini kondisi Myanmar usai kudeta jauh dari kata kondusif. Aparat militer Myanmar menggunakan kekerasan untuk menghadapi demonstran anti-kudeta.
Alhasil, ratusan warga sipil tewas sepanjang proses kudeta yang telah berlangsung sejak 1 Februari tersebut.
Warga yang marah atas kekerasan aparat itu kemudian merespons dengan menggelar mogok massal dan aksi perlawanan lainnya.
Selain Jokowi sejumlah pemimpin atau perwakilan dari negara-negara ASEAN juga hadir dalam pertemuan tersebut, yaitu Perdana Menteri Vietnam Phạm Minh Chính, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Kemudian Menteri Luar Negeri Filipina sebagai Utusan Khusus Filipina Teodoro L. Locsin Jr., Menteri Luar Negeri Thailand sebagai Utusan Khusus Thailand Don Pramudwinai, Menteri Luar Negeri Laos sebagai Utusan Khusus Laos Saleumxay Kommasith.
Termasuk Panglima Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing turut hadir dalam KTT ASEAN kali ini.
Baca juga: Bahas Krisis Myanmar, KTT ASEAN Terdiri dari 3 Segmen
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyatakan Myanmar menerima usulan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN untuk menghentikan kekerasan terhadap warga sipil.
"Kami berhasil. Ini di luar ekspektasi kami dengan mendapatkan hasil dari pertemuan hari ini," kata dia dikutip dari Reuters, mengutip kantor berita Bernama, Sabtu (24/4/2021).
Senada, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing tidak menentang usulan untuk mengirim bantuan kemanusiaan dan kunjungan delegasi perserikatan.
"Dia (Min Aung Hleung) mendengarkan kami, dia akan mengambil poin-poin yang dia anggap berguna. Bahwa dia tidak menentang peran konstruktif ASEAN, atau kunjungan delegasi ASEAN, atau bantuan kemanusiaan, dan bahwa mereka akan bergerak maju dan terlibat dengan ASEAN. dengan cara yang konstruktif," dia menambahkan.(tribun network/yud/ras/dod)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.