Beredar di Grup WA Fenomena Gelombang Panas di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
Media sosial dan aplikasi perpesanan WhatsApp akhir-akhir ini diramaikan dengan pesan berantai soal fenomena gelombang panas yang melanda Indonesia.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
Lebih lanjut, BMKG menjelaskan secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial.
Sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.
Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.
"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau Heatwave," ungkapnya.
Baca juga: Ahli dari BMKG Bantah Teori Konspirasi Tsunami Aceh 2004 Rekayasa Amerika Gunakan Senjata Nuklir
Akan tetapi, yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.
Pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19 derajat LU.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum tanggal 16 Mei 2021 kemarin tercatat berkisar antara 33.0-35.2 derajat C dengan suhu maksimun 35.2 derajat C terjadi di Surabaya.
"Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada kondisi normal, dimana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca atau tingkat perawanan di suatu wilayah," jelasnya.
BMKG mengungkapkan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau di mana tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari.
"Sehingga masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," ungkap Miming.
Berita terkait Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.