Mantan Jubir Gus Dur Meninggal Dunia Bukan Karena Covid, We'll Miss You Pak Wimar
Keluarga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hingga Wapres Maruf turut berduka atas wafatnya juru bicara Presiden Gus Dur, Wimar Witoelar.
Editor: Theresia Felisiani
Yenny juga mengenang sosok Wimar pernah mendirikan Partai Orang Biasa sebagai simbol protes terhadap sistem politik Indonesia yang hanya dikuasai orang elite.
"Beliau mendirikan Partai Orang Biasa sebagai sebuah simbol protes terhadap sistem politik kita yang hanya dikuasai oleh elit partai saja. Konsistensi beliau dalam mengkritisi yang berkuasa untuk menyuarakan kepentingan rakyat, serta komitmen beliau untuk selalu berjuang bagi demokrasi adalah warisan nilai yang ditinggalkannya," ucapnya.
Kesehariannya bersama Gus Dur dituangkan Wimar Witoelar dalam buku No Regret yang menjelaskan banyak hal tentang pengalaman beliau mendampingi Gus Dur.
"Wimar Witoelar dan Gus Dur punya kepolosan yang membuat orang jatuh hati pada mereka," pungkasnya.
Baca juga: Istana Sampaikan Duka Cita Meninggalnya Wimar Witoelar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga mengungkapkan duka cita yang mendalam atas wafatnya Wimar Witoelar pada usia 75 tahun.
Wapres pun menuturkan bahwa mantan Juru Bicara Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid itu adalah orang baik, kritis, dan idealis.
"Almarhum tidak hanya sebagai mantan Jubir, tetapi juga pernah berprofesi sebagai dosen, penulis, bahkan sebagai pemandu acara di salah satu stasiun televisi," tambahnya.
Wapres mendoakan semoga seluruh amal ibadah almarhum diterima, dosa-dosanya diampuni dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
"Kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi berita duka ini. Aamiin yaa rabbal’alamin," pungkasnya.
Profil Singkat
Wimar Witoelar lahir di Padalarang, Jawa Barat, pada 14 Juli 1945, dengan nama lengkap Wimar Witoelar Kartaadipoetra.
Wimar anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Raden Achmad Witoelar Kartaadipoetra dan Nyi Raden Toti Soetiamah Tanoekoesoemah.
Ketika masa rezim Orde Baru, Wimar memandu acara Perspektif pada 1994 yang memperlihatkan kesan oposisinya terhadap pemerintahan Soeharto pada masa itu.Wimar juga menjadi host pada acara Selayang Pandang selama kurun 1997--2000.
Pada tahun 2000, saat Abdurrahman Wahid menjadi Presiden Indonesia, Wimar ditunjuk menjadi juru bicara kepresidenan.