Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lewat Pledoi, Habib Rizieq Sebut Ada Pasal Selundupan Dalam Perkara Kerumunan di Petamburan

Terdakwa Muhammad Rizieq Shihab menuding terkait aturan undang-undang keormasan yang dimaktub oleh jaksa penuntut

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Lewat Pledoi, Habib Rizieq Sebut Ada Pasal Selundupan Dalam Perkara Kerumunan di Petamburan
Rizki Sandi Saputra
Muhammad Rizieq Shihab (MRS) saat membacakan pledoi atau nota pembelaan atas tuntutan jaksa kepada dirinya di ruang sidang utama Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, Kamis (20/5/2021) 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa Muhammad Rizieq Shihab menuding terkait aturan undang-undang keormasan yang dimaktub oleh jaksa penuntut umum (JPU) dalam perkara kerumunan di Petamburan, merupakan pasal selundupan.

Hal itu disampaikan Rizieq Shihab dalam sidang lanjutan perkara pelanggaran protokol kesehatan yang menimbulkan kerumunan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pernikahan putrinya di Petamburan, Kamis (20/5/2021) malam.

Rizieq Shihab menyebut aturan yang dimasukkan oleh jaksa itu tak sesuai dengan pelanggaran kasus pelanggaran protokol kesehatan (prokes) yang menjeratnya.

Baca juga: Tanggapi Pledoi Habib Rizieq, Jaksa Minta Hakim Tetap Vonis Sesuai Tuntutan

Pasal yang dimaksud selundupan oleh Rizieq sebagaimana dalam dakwaan kelima pada Pasal 82A ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (3) huruf c dan d Undang- Undang RI Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 10 huruf b KUHP juncto Pasal 35 ayat (1) KUHP.

"Terdakwa menilai Pasal 59 ayat (3) huruf c dan d, terkait larangan ormas melakukan pengerusakan maupun melakukan tugas dan wewenang penegak hukum tidaklah terbukti memiliki keterkaitan dengan pelanggaran protokol kesehatan," tutur Rizieq dalam ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur.

Baca juga: Bacakan Pledoi, Rizieq Shihab Cerita Soal Pondok Pesantren Markaz Syariah Pernah Diintai Drone BIN

Lanjut kata Rizieq, saat gelaran acara Maulid Nabi dan pernikahan putrinya, tidak ada Panitia mau pun Pengurus FPI dan Anggotanya yang melakukan tindakan kekerasan.

Berita Rekomendasi

Tak hanya itu, Rizieq menegaskan bahwa pada acara tersebut panitia dan anggota FPI tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial dan/atau melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Baca juga: Rizieq Shihab Sebut Perkara yang Menjeratnya Sebagai Balas Dendam Kekalahan Ahok di Pilgub DKI

"Sehingga semua unsur dalam pasal Pasal 59 ayat (3) huruf c dan d UU No 16 Tahun 2017 tersebut tidak terpenuhi, karena semua larangan ormas dalam pasal ini tidak ada yang dilanggar oleh panitia mau pun pengurus FPI dan anggotanya, sehingga harus dibatalkan deki hukum," katanya menambahkan.

Selain itu, Rizieq juga menilai jika Pasal Pasal 82A ayat (1) UU No 16 Tahun 2017
terkait pengurus Ormas yang dengan sengaja dan secara langsung atau tidak langsung melanggar aturan Pasal 59 ayat (3) huruf c dan d tentang ormas adalah pasal selundupan, lantaran tak sesuai dengan perkara yang menjeratnya yakni pelanggaran prokes.

Dirinya mengatakan secara tegas bahwa pasal yang didakwakan itu sangat jahat dan keji, karena kata dia hendak menunggangi kasus pelanggaran prokes dengan kepentingan balas dendam politik oligarki.

Pasal selundupan lainnya kata Rizieq yakni pasal 10 huruf b KUHP tentang Pidana tambahan pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim hingga Pasal 35 ayat (1) KUHP yang juga mengatur pencabutan hak-hak terpidana sesuai putusan hakim.

"Inilah puncak pasal selundupan yang sama sekali tidak ada kaitan dengan kasus pelanggaran prokes dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Petamburan",

"Penerapan Pasal ini justru semakin terbuka dan telanjang cara-cara jahat dan sadis serta menjijikan dari politik kriminalisasi yang dimainkan oleh JPU, baik atas kemauan JPU sendiri atau by order dari pihak lain, untuk kepentingan balas dendam politik oligarki dalam rangka melumpuhkan gerakan dakwah terdakwa di tengah umat," tukasnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas