ITAGI: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin Covid-19 pada Kelompok Lansia Rendah
Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro menekankan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir pada pelaksanaan vaksinasi Covid-19
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Profesor Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro menekankan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir pada pelaksanaan vaksinasi Covid-19, terutama pada kelompok lansia.
Ia memaparkan, sejauh ini pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pada kelompok lansia justru memiliki Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang sangat rendah.
Baca juga: Cegah KIPI Serius, Pentingnya Jujur Saat Skrining Sebelum Vaksinasi
"Gejala yang dialami pasca penyuntikan sifatnya ringan dan mudah diatasi, sehingga para anak diimbau untuk tidak perlu khawatir, manfaat vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan risikonya," ujarnya dalam keterangan yang diterima Sabtu (29/5/2021).
Sri Rejeki menuturkan, efek samping kedua vaksin baik Sinovac dan AstraZeneca cukup ringan, tidak ada yang masuk RS atau sampai meninggal.
Baca juga: Cegah KIPI Serius, Jujur Saat Skrining Sebelum Vaksinasi Sangat Penting
"KIPI pada lansia ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda,” kata Profesor Sri Rezeki.
Sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam penentuan jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi nasional, Sri menegaskan pemerintah tentunya akan menyediakan vaksin COVID-19 yang aman, bermutu dan berkhasiat untuk melindungi seluruh masyarakat.
Hal senada disampaikan Ketua Komnas PP KIPI Profesor Hindra Irawan Satari mengatakan kesadaran masyarakat lansia cukup baik.
Namun sayangnya terkadang justru dari keluarga yang tidak mengizinkan lansia untuk divaksinasi.
"Karena ternyata (keluarga) memperoleh informasi yang kurang tepat atau pihak yang tidak berwenang terkait imunisasi atau vaksinasi," ujarnya.
Sebagai lansia, Profesor Hindra menyatakan, dirinya telah divaksinasi dua kali. Padahal memiliki gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol juga sempat tinggi, dan begitu juga asam urat.
"Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi jadi jangan ragu-ragu," kata profesor yang saat ini berumur 66 tahun tersebut.
Menurutnya, meski memiliki komorbid atau penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Karena tentu, divaksin lebih baik daripada tidak divaksin.
"Jika ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauh lebih besar maka sama-sama kita divaksin," ujarnya lagi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.