Satgas Covid-19: Kematian Lansia Akibat Covid-19 Mencapai 49,4 Persen
Angka kematian pada lansia usia 60 tahun ke atas akibat COVID-19 mencapai 49,4 persen.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka kematian pada lansia usia 60 tahun ke atas akibat COVID-19 mencapai 49,4 persen.
Persentase tersebut menjadi tertinggi di antara kelompok usia lainnya.
Karena memiliki risiko tinggi maka penting untuk memprioritaskan perlindungan kepada lansia.
Baca juga: Sambut Hari Lansia Nasional, Yuk Lakukan 5 Aktivitas Seru Ini Bersama Kakek dan Nenek Tercinta
Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan, pemerintah mencatat untuk kelompok usia 46-59 tahun mencapai 35,5 persen, usia 31-45 tahun sebanyak 11,2 persen, sisanya berasal dari kelompok usia 30 tahun ke bawah.
"Hingga Jumat 28 Mei 2021 angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia bertambah 193 orang sehingga total mencapai 50.100 orang," ujar Prof. Wiku, Sabtu (29/5/2021).
Baca juga: Jadi Kelompok Berisiko Osteoporosis, Ini Rangkaian Edukasi Wujudkan Lansia Bugar dan Tetap Produktif
Untuk itu, Indonesia kini memfokuskan vaksinasi pada kelompok rentan terpapar COVID-19 yakni kelompok usia produktif 18 tahuh ke atas sampai lansia.
"Saat ini Indonesia berfokus pada kelompok rentan, dan secara statistik didominasi usia 18 tahun. Hal ini untuk memperlambat laju penularan," jelas dia.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menambahkan, lansia merupakan kelompok rentan (vulnerable), sama seperti bayi dan anak-anak.
Mereka memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dibandingkan dewasa muda, maka wajar saja jika terinfeksi, mereka lebih berat menghadapinya.
Kemudian, lanjutnya, lansia sebagian besar memiliki komorbid, penyakit degeneratif yang diderita lansia karena penuaan.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap kematian lansia karena COVID-19.
"Apalagi jika komorbidnya tidak terkontrol," ujarnya.
Baca juga: Keluhan Nyeri Lutut pada Lansia, Bisa Berdampak Sistemik, Ketahui Jenis Pengobatan
Selain itu Masdalina mengungkapkan, karena mekanisme pertahanan diri pada lansia turun sangat jauh dibandingkan kelompok usia muda, jadi lebih banyak harus diberi dukungan dari luar untuk bertahan. Misalnya obat dan suplemen.
"Tentu saja vaksinasi dan protokol kesehatan juga harus jalan," kata Masdalina.
Pemerintah menargetkan 181,5 juta penduduk Indonesia mendapatkan vaksin COVID-19.
Proses penyuntikan telah dimulai sejak 13 Januari 2021 dengan target selesai dalam waktu satu tahun.
Pemerintah melibatkan semua pihak termasuk swasta untuk menyukseskan program vaksinasi nasional, termasuk semakin banyak lokasi vaksinasi yang bertujuan memudahkan juga mendekatkan akses vaksinasi terutama bagi lansia seperti layanan drive thru.
ITAGI: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin Covid-19 pada Kelompok Lansia Rendah
Ketua Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Profesor Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro menekankan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir pada pelaksanaan vaksinasi Covid-19, terutama pada kelompok lansia.
Ia memaparkan, sejauh ini pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pada kelompok lansia justru memiliki Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang sangat rendah.
Baca juga: Cegah KIPI Serius, Pentingnya Jujur Saat Skrining Sebelum Vaksinasi
"Gejala yang dialami pasca penyuntikan sifatnya ringan dan mudah diatasi, sehingga para anak diimbau untuk tidak perlu khawatir, manfaat vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan risikonya," ujarnya dalam keterangan yang diterima Sabtu (29/5/2021).
Sri Rejeki menuturkan, efek samping kedua vaksin baik Sinovac dan AstraZeneca cukup ringan, tidak ada yang masuk RS atau sampai meninggal.
Baca juga: Cegah KIPI Serius, Jujur Saat Skrining Sebelum Vaksinasi Sangat Penting
"KIPI pada lansia ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda,” kata Profesor Sri Rezeki.
Sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam penentuan jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi nasional, Sri menegaskan pemerintah tentunya akan menyediakan vaksin COVID-19 yang aman, bermutu dan berkhasiat untuk melindungi seluruh masyarakat.
Hal senada disampaikan Ketua Komnas PP KIPI Profesor Hindra Irawan Satari mengatakan kesadaran masyarakat lansia cukup baik.
Namun sayangnya terkadang justru dari keluarga yang tidak mengizinkan lansia untuk divaksinasi.
"Karena ternyata (keluarga) memperoleh informasi yang kurang tepat atau pihak yang tidak berwenang terkait imunisasi atau vaksinasi," ujarnya.
Sebagai lansia, Profesor Hindra menyatakan, dirinya telah divaksinasi dua kali. Padahal memiliki gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol juga sempat tinggi, dan begitu juga asam urat.
"Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi jadi jangan ragu-ragu," kata profesor yang saat ini berumur 66 tahun tersebut.
Menurutnya, meski memiliki komorbid atau penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Karena tentu, divaksin lebih baik daripada tidak divaksin.
"Jika ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauh lebih besar maka sama-sama kita divaksin," ujarnya lagi.
Segera Lapor Jika Alami KIPI
Pemerintah menjamin vaksin aman bagi masyarakat. Komnas KIPI pun terus memantau, mengkaji, merekomendasikan apakah vaksin itu aman atau tidak bagi masyarakat.
Kalau aman vaksin pihaknya rekomendasikan untuk program vaksinasi nasional. Dan itu dipantau dan dikaji tiap hari.
"Kalau ada perubahan kita buat rekomendasi baru," kata Profesor Hindra.
Jika ada laporan terkait KIPI maka ada dua hal yang dilakukan Komnas KIPI. Pertama, mengecek berapa lama ketika diberikan vaksin hingga ada gejala dan kedua apakah ada penyakit lain yang menyebabkan gejala dan bukan berasal dari vaksin.
"Kalau gejala lebih dua hari laporkan saja nanti gejala itu diinvestigasi, dianalisis, dan dikaji. Apapun keluhannya silakan lapor, kita justru mengharapkan laporan," ujar Profesor Hindra.