Ketua DPR: Pendidikan Tinggi Harus Bangun Manusia Indonesia yang Cinta Tanah Air
Dia tegaskan, manusia Indonesia yang menghormati nilai luhur budaya bangsa memahami akar kepribadian bangsa
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA—Pendidikan tinggi harus bersumbangsih pada masa depan bangsa dan kemanusiaan. Karenanya pendidikan tinggi harus kuat dan fokus pada nation and character building, membangun manusia Indonesia yang berjiwa gotong-royong dan cinta tanah air.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani dalam webinar series ke-3 Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia (UI) sesi kedua dengan tema "Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan", Rabu (2/6/2021).
“Jika kita ingin agar pendidikan Indonesia bersumbangsih kepada masa depan bangsa dan kemanusiaan, maka diperlukan fokus dan titik berat pada nation and character building yaitu bagaimana kita membangun manusia Indonesia yang berjiwa gotong-royong, cinta tanah air memiliki rasa percaya diri sebagai bangsa memahami persoalan-persoalan bangsa dan memiliki kesanggupan serta kemauan untuk membangun kemajuan bangsa dan negara,” ujar Puan.
Apalagi pendidikan tinggi adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki peran strategis dalam mewujudkan salah satu cita-cita Kemerdekaan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca juga: Ketua DPR: Institusi Pendidikan Tinggi Jangan Seperti Pabrik Gelar Akademis Saja
Dia mengingatkan mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya tentang intelektualitas, tetapi menyangkut hal yang lebih luas, yaitu mengenai kecerdasan dalam seluruh perikehidupan bangsa, kecerdasan dalam hal akhlak, budaya, sosial, ekonomi, berbangsa dan bernegara.
Dia tegaskan, manusia Indonesia yang menghormati nilai luhur budaya bangsa memahami akar kepribadian bangsa sebagai bangsa yang ramah, toleran, religius dan bergotong-royong.
“Dengan pendidikan Indonesia yang kuat dalam nation and character building maka sesungguhnya kita sedang membangun sumber daya manusia yang merupakan salah satu sumber daya terbesar bangsa Indonesia yang jumlahnya sekarang mencapai sekitar 270 juta orang terbesar keempat di dunia.”
Memang ini yang diperlukan, lanjut dia, jika bangsa ini ingin mengubah masa depannya menjadi lebih baik, yaitu dengan melakukan investasi jangka panjang pada bidang pendidikan.
Baca juga: Kemenko PMK: Pendekatan Pendidikan Karakter Tiap Generasi Berbeda
Investasi pada pembangunan manusia Indonesia tentunya ini juga membutuhkan komitmen dan investasi jangka panjang dari semua pihak. Atau dengan kata lain dibutuhkan gotong-royong kita semua untuk memastikan pendidikan Indonesia bersumbangsih kepada masa depan bangsa,” jelasnya.
Selaini itu Puan juga mengingatkan agar insttitusi pendidikan tinggi jangan semata menjadi pabrik gelar-gelar akademis karena hidup hanya di dalam batasan dinding-dinding kampus atau di dalam menara gading.
Karena tegas Puan, institusi pendidikan tinggi harus hidup dan mampu mewujudkan pengabdian kepada masyarakat.
“Kita tidak ingin institusi pendidikan tinggi hanya seperti pabrik gelar-gelar akademis,” tambahnya.
Puan menegaskan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, salah satu tujuannya adalah terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasiskan penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bahkan, kata politikus PDI Perjuangan ini, Tri Dharma Perguruan Tinggi secara jelas menyebutkan diantaranya adalah pengabdian terhadap masyarakat.
“Artinya institusi pendidikan tinggi tidak bisa hidup hanya di dalam batasan dinding-dinding kampus atau di dalam menara gading, melainkan institusi pendidikan tinggi harus hidup di tengah masyarakat, mengakar kepada ilmu pengetahuan dan berbuah untuk kebaikan bangsa dan negara,” ucap Puan.
Institusi pendidikan tinggi seperti Universitas harus melihat dunia di luar kampus atau di luar menara Gading sudah berubah dengan cepat. Universitas harus mau membuka diri untuk dapat cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan dapat mengantisipasi berbagai tantangan permasalahan baru yang terus bermunculan setiap harinya.
“Kita ingin institusi pendidikan tinggi justru menjadi pendobrak yang menghadirkan perubahan zaman, bukannya digulung oleh ombak perkembangan zaman,” tegasnya.
Dia pun mencontohkan tantangan saat ini yakni kemajuan teknologi seperti Revolusi Industri 4.0 yang mana peran robotik, kecerdasan buatan Blockchain dan crupto, serta algoritma kesadaran akan menggantikan peran manusia dalam menangani pekerjaan.
Kata Puan, yang terjadi bukan saja pergantian generasi secara biologis, tetapi pergantian gaya hidup, jenis pekerjaan dan pandangan terhadap identitas diri.
“Kita melihat sendiri, perkembangan teknologi saat ini sudah cepat yang bahkan tambah dipercepat adopsinya atau penggunaannya dengan adanya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, begitu banyak kegiatan yang dilakukan secara online karena adanya pembatasan jarak fisik dan pembatasan dalam berkumpul dengan jumlah yang besar,” jelasnya.
Lebih jauh ia mengatakan pembatasan ini membuat semakin cepatnya perkembangan teknologi di luar negeri, mulai dari dikembangkannya artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk membuat makalah penelitian, ilmiah dan akademis.
“Bahkan sudah ada penelitian dan pengembangan untuk melihat apakah artificial intelligence dapat digunakan dalam membuat makalah penelitian atau makalah akademis,” jelasnya.
“Apakah kampus-kampus di Indonesia sudah siap menghadapi semuanya itu? Apakah dosen dan peneliti kita sudah memiliki perangkat keahlian jika nantinya harus bersaing dengan artificial intelligence? Mungkin semuanya terdengar seperti cerita dalam film atau novel fiksi, tetapi semuanya sudah nyata di depan kita,” katanya.
Karena itu Puan mendesak universitas atau institusi pendidikan tinggi perlu segera beradaptasi untuk dapat membekali para mahasiswa serta para dosen dan tenaga pengajarnya agar memiliki daya saing dan keunggulan di tengah dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi seperti sekarang.
“Baik itu adaptasi dari penjurusan dan mata kuliah yang diajarkan pemberian keahlian tambahan untuk para tenaga pengajar, kelengkapan alat bantu dalam kegiatan belajar dan banyak hal lainnya,” ucapnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.