Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila, Jokowi Ajak Antisipasi Ideologi Transnasional

Jokowi memimpin jalannya upacara dengan menjadi inspektur upacara dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Sanusi
zoom-in Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila, Jokowi Ajak Antisipasi Ideologi Transnasional
Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden
Memperingati Hari Lahir Pancasila, Presiden Joko Widodo (Jokowi) singgung bahaya radikal masuk ke Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingati Hari Lahir Pancasila Tahun 2021 secara virtual Selasa (1/6/2021).

Jokowi memimpin jalannya upacara dengan menjadi inspektur upacara dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Sementara Perwira Upacara yaitu Brigadir Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya dan Komandan Upacara Kolonel Infanteri Muhammad Imam Gogor berada di Jakarta.

Baca juga: Ketua DPD RI Ajak Rakyat Jadikan Hari Lahir Pancasila Momen Bersatu dan Jaga Kerukunan

Upacara diikuti sejumlah anggota TNI, Polri, tenaga kesehatan, dan para pelajar yang dipusatkan langsung di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat.

Sejumlah pejabat hadir secara virtual, yakni Wakil Presiden Maruf Amin, para Menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM), dan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri.

Baca juga: Kemenko PMK: Internalisasi Pancasila Tidak Hanya Lewat Pendidikan Formal

Di sisi lain, Ketua MPR Bambang Soesatyo membacakan teks Pancasila dari Gedung MPR, Kompleks Parlemen dan Ketua DPR Puan Maharani membacakan pembukaan UUD 1945 dari Gedung DPR Kompleks Parlemen. Sementara pembacaan doa dipimpin Menko PMK Muhadjir Effendy dari Gedung Kemenko PMK, Jakarta.

Yang unik dari peringatan Hari Lahir Pancasila kali ini, Presiden Jokowi memimpin jalannya upacara dengan mengenakan pakaian adat dari Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Baca juga: 12.405 Orang Berwisata ke TMII di Libur Hari Kesaktian Pancasila

BERITA REKOMENDASI

Presiden tampak mengenakan Jas hitam dengan ornamen emas di bagian dada kiri dan kanan, serta penutup kepala berwarna hijau.

Ini kali kedua Jokowi mengenakan pakaian adat tersebut. Dalam momentum lainnya, ia juga pernah mengenakan pakaian khas Bugis Pagatan Tanah Bumbu itu pada Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2017.

Seperti pada tahun sebelumnya, Jokowi juga memberikan amanatnya bagi peserta upacara hingga masyarakat Indonesia.

Kali ini Jokowi menyinggung soal ideologi transnasional.

Jokowi menyebut masuknya ideologi merupakan dampak dari kompetisi dan rivalitas antarnegara.

Ia pun meminta seluruh warga negara Indonesia mengantisipasi masuknya berbagai bentuk ideologi transnasional ini.

Baca juga: 17.650 Pengunjung Pilih Berlibur di Taman Margasatwa Ragunan saat Libur Hari Lahir Pancasila 

"Yang harus kita waspadai adalah meningkatnya rivalitas dan kompetisi, termasuk rivalitas antar pandangan, rivalitas antar nilai-nilai dan rivalitas antar ideologi," kata Jokowi.

"Ideologi transnasional cenderung terus meningkat masuk berbagai lini kehidupan masyarakat dengan berbagai cara dan strategi," lanjutnya.

Selain itu, Jokowi juga meminta masyarakat mengantisipasi masuknya ideologi transnasional radikal. Namun ia tak merinci apa yang dimaksud dengan konsep transnasional radikal.

"Ketika konektivitas 5G melanda dunia maka interaksi antar dunia juga semakin mudah dan cepat. Kemudahan ini bisa digunakan oleh ideolog-ideolog transnasional radikal untuk merambah ke semua pelosok Indonesia, ke seluruh kalangan dan ke seluruh usia, tidak mengenal lokasi dan waktu," ujarnya

Baginya, kecepatan ekspansi ideologi radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi saat ini.

Untuk mencegah hal ini terjadi, diperlukan sebuah pemahaman Pancasila yang mendalam. Sehingga, tidak terpengaruh dengan ideologi ini.

"Saudara-saudara sebangsa setanah air, menghadapi semua ini perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa, diperlukan cara-cara baru yang luar biasa," ujarnya.

Jokowi mengajak seluruh pihak, yaitu aparat pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pendidik, kaum profesional, generasi muda Indonesia dan seluruh rakyat indonesia untuk terus bersatu dan bergerak aktif memperkokoh nilai-nilai Pancasila.

Optimisme

Di sisi lain itu Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak seluruh elemen bangsa menjadikan peringatan Hari Kelahiran Pancasila sebagai momentum membangun kembali kebersamaan, gotong royong serta optimisme rasa kebangsaan di tengah pandemi Covid-19.

Gotong royong dan optimisme rasa kebangsaan di tengah pandemi Covid-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan akan membawa Indonesia menjadi lebih tangguh dan lebih maju.

"Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno pada 76 tahun lalu telah menegaskan bahwa Indonesia adalah negara gotong royong. Sikap gotong royong yang merupakan pengejewantahan dari sila Pancasila harus terus ditumbuhkan kembangkan seluruh elemen bangsa agar Indonesia mampu segera terbebas dari Pandemi Covid-19," kata Bamsoet usai mengikuti Upacara Hari Kelahiran Pancasila secara daring di Jakarta.

Bamsoet menilai semangat gotong royong yang digelorakan Bung Karno sangat terasa di tengah-tengah masyarakat selama Pandemi Covid-19.

Rasa senasib sepenanggungan muncul dengan melakukan berbagai aksi kemanusiaan membantu sesama yang terkena dampak Covid-19.

Rakyat pun mematuhi imbauan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, memakai masker serta mencuci tangan sebagai bagian untuk bersama memutus mata rantai Covid-19.

"Berdasarkan data Satgas Covid-19 per tanggal 31 Mei 2021, jumlah penderita Covid-19 bertambah sebanyak 102.006 jiwa. Sehingga, total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.821.703 jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.669.119 orang dinyatakan sembuh dan 50.578 orang meninggal dunia," ujarnya.

Adapun Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak seluruh komponen bangsa menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa selama Pancasila masih ada di hati orang Indonesia, maka selama itu juga Indonesia akan terus ada," kata Puan.

Puan mengungkapkan bahwa semua bangsa yang ingin menjadi bangsa yang besar harus berpijak pada falsafah bangsanya sendiri.

Demikian halnya dengan bangsa Indonesia, yang diyakini Puan akan menjadi bangsa besar dengan memegang teguh Pancasila.

“Kita hanya dapat menjadi bangsa yang besar jika kita berpegang teguh pada falsafah bangsa kita sendiri, yakni Pancasila, dan bukan menjiplak falsafah bangsa orang lain karena setiap bangsa memiliki akar sejarah dan budaya yang berbeda-beda,” ujarnya.(tribun network/fik/yud/mam/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas