Ketika Bisnis Travel Haji dan Umrah Terguncang, Penjualan di Toko Perlengkapan Haji Turun 80 Persen
Pandemi ini juga berdampak pada sekitar 1.000 agen perjalanan atau travel, dengan beberapa kehilangan ribuan dolar karena pembatalan haji.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Biasanya, beberapa minggu menjelang musim haji, toko dua lantai yang menjual persediaan dan perlengkapan bagi orang-orang yang mempersiapkan ibadah haji akan menjadi pusat aktivitas.
Namun tahun ini, tampak tak bernyawa dan sepi. Pemilik toko, Muhammad Aziz, telah melakukan semua yang dia bisa untuk menarik lebih banyak pelanggan.
Sebelum pandemi, toko-toko pasokan haji milik Aziz dapat menghasilkan hingga Rp 25 juta per hari selama musim haji. Pakaian haji, Alquran berukuran saku dan sajadah adalah barang-barang populer.
Jemaah yang kembali juga akan mampir ke toko-toko pasokan seperti Toko Al Mukarramah Aziz untuk mencari makanan ringan impor, buah-buahan kering dan air Zamzam suci, terutama ketika mereka lupa membeli beberapa untuk kerabat dan tetangga mereka saat berada di Arab Saudi.
"Penjualan turun 80 persen," kata Aziz kepada Channel News Asia (CNA) di dalam tokonya di Jakarta Timur, seperti dilansir Tribunnews.com, Selasa (8/6/2021).
Pandemi ini juga berdampak pada sekitar 1.000 agen perjalanan atau travel yang berspesialisasi dalam haji dan umrah, dengan beberapa kehilangan ribuan dolar karena pembatalan.
Baca juga: Tanggapi Ucapan Maaf Haikal Hassan Usai Kritik Soal Haji, Cyber Indonesia: Maaf Tak Hapus Perbuatan
Tak Ada Jemaah Haji Indonesia
Menunaikan ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam.
Setiap tahun, sekitar 2,5 juta umat Islam melakukan ibadah haji tetapi karena pandemi, pemerintah Arab Saudi hanya mengizinkan 10.000 penduduk setempat untuk melakukan ibadah haji tahun lalu.
Tahun ini, negara Timur Tengah ini menetapkan kuota tidak lebih dari 60.000 jemaah, yang semuanya harus telah mendapat suntikan vaksin yang disetujui Saudi, yaitu Pfizer, AstraZeneca, Moderna dan Johnson & Johnson.
Meskipun Indonesia juga menggunakan vaksin AstraZeneca, mayoritas dari sekitar 17 juta penduduk Indonesia yang telah divaksin Sinovac.
Indonesia juga menggunakan vaksin dari Sinopharm dan sedang menunggu pengiriman vaksin Pfizer, Moderna dan Novavax.
Namun sejak pandemi, Arab Saudi memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat untuk mengekang penyebaran Covid-19.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.