Ketika Bisnis Travel Haji dan Umrah Terguncang, Penjualan di Toko Perlengkapan Haji Turun 80 Persen
Pandemi ini juga berdampak pada sekitar 1.000 agen perjalanan atau travel, dengan beberapa kehilangan ribuan dolar karena pembatalan haji.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Sejumlah kecil jemaah haji Indonesia telah diizinkan untuk menunaikan ibadah umrah sejak awal tahun ini.
Kamis (3/6/2021) lalu, pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak mengirim jemaah haji untuk musim haji tahun ini, yang diperkirakan akan dimulai pada pertengahan Juli, untuk tahun kedua berturut-turut.
Agen Perjalanan, Toko dan Pemandu Ikut Terpengaruh
Ziarah ini adalah bisnis besar di Indonesia, negara bermayoritas umat Islam terpadat di dunia, berkontribusi sekitar 3 miliar dolar AS untuk ekonomi.
Pada tahun 2019, Indonesia mengirimkan 220.000 jemaah untuk melaksanakan ibadah haji dan lebih dari 1,2 juta orang untuk melaksanakan umrah, menurut data dari kementerian agama Indonesia.
Setiap jemaah menghabiskan rata-rata 2.500 dolar AS untuk Haji dan 1.400 dolar AS untuk Umrah.
Farid Aljawi, sekretaris Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia (Amphuri) mengatakan kepada CNA bahwa jumlahnya telah berkurang menjadi hampir nol sejak pandemi dimulai, terutama setelah Kerajaan Aran Saudi mulai membatasi jemaah yang bepergian ke Mekkah dan Madinah pada Februari 2020.
"Saya beruntung jemaah haji yang dikirim perusahaan saya telah kembali ke Indonesia pada 26 Februari 2020, sehari sebelum Arab Saudi pertama kali mengumumkan bahwa mereka menutup perbatasannya untuk peziarah asing," katanya.
Aljawi mengatakan perusahaan lain kurang beruntung.
"Mereka adalah jemaah yang sudah berada di bandara siap terbang, mereka yang sudah berada di Arab Saudi dan mereka yang berada di negara-negara transit. Ada 6.400 jemaah haji Indonesia yang terdampar setelah pembatasan diumumkan dan kami berebut untuk membawa mereka pulang dengan selamat," ceritanya.
Baca juga: Haji 2021 Batal, BPKH: Jemaah yang Sudah Melakukan Pelunasan Bakal Mendapat Nilai Manfaat
Aljawi yang mengelola biro perjalanannya mengatakan meskipun tidak ada pelanggannya yang terdampar, ia masih kehilangan pendapatan.
"Beberapa maskapai dan hotel memiliki kebijakan pengembalian dana yang baik, yang lain tidak. Sementara itu ada pengeluaran lain yang tidak dapat dikembalikan," katanya.
Kerugian besar dan bulan beroperasi tanpa penghasilan telah memaksa beberapa operator Haji dan Umrah untuk menutup bisnis mereka secara permanen.
"Saya tidak yakin persis berapa jumlahnya, tapi sudah ada puluhan," kata sekjen Amphuri itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.