Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketika Bisnis Travel Haji dan Umrah Terguncang, Penjualan di Toko Perlengkapan Haji Turun 80 Persen

Pandemi ini juga berdampak pada sekitar 1.000 agen perjalanan atau travel, dengan beberapa kehilangan ribuan dolar karena pembatalan haji.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Ketika Bisnis Travel Haji dan Umrah Terguncang, Penjualan di Toko Perlengkapan Haji Turun 80 Persen
Tribunnews/Jeprima
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas (kemeja putih) memberikan keterangan pers terkait penyelenggaraan ibadah haji 1442 H/2021 M di Gedung Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Kamis (3/6/2021). Dalam keterangannya, pemerintah memastikan tidak memberangkatkan jemaah haji Indonesia pada musim haji tahun ini karena menimbang kondisi pandemi Covid-19 yang masih meluas di seluruh dunia dan belum adanya kepastian dari Kerajaan Saudi terkait kuota haji menjadi pertimbangan utama pembatalan keberangkatan ini. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Biasanya, beberapa minggu menjelang musim haji, toko dua lantai yang menjual persediaan dan perlengkapan bagi orang-orang yang mempersiapkan ibadah haji akan menjadi pusat aktivitas.

Namun tahun ini, tampak tak bernyawa dan sepi. Pemilik toko, Muhammad Aziz, telah melakukan semua yang dia bisa untuk menarik lebih banyak pelanggan.

Sebelum pandemi, toko-toko pasokan haji milik Aziz dapat menghasilkan hingga Rp 25 juta per hari selama musim haji. Pakaian haji, Alquran berukuran saku dan sajadah adalah barang-barang populer.

Jemaah yang kembali juga akan mampir ke toko-toko pasokan seperti Toko Al Mukarramah Aziz untuk mencari makanan ringan impor, buah-buahan kering dan air Zamzam suci, terutama ketika mereka lupa membeli beberapa untuk kerabat dan tetangga mereka saat berada di Arab Saudi.

"Penjualan turun 80 persen," kata Aziz kepada Channel News Asia (CNA) di dalam tokonya di Jakarta Timur, seperti dilansir Tribunnews.com, Selasa (8/6/2021).

Pandemi ini juga berdampak pada sekitar 1.000 agen perjalanan atau travel yang berspesialisasi dalam haji dan umrah, dengan beberapa kehilangan ribuan dolar karena pembatalan.

Baca juga: Tanggapi Ucapan Maaf Haikal Hassan Usai Kritik Soal Haji, Cyber Indonesia: Maaf Tak Hapus Perbuatan

BERITA TERKAIT

Tak Ada Jemaah Haji Indonesia

Menunaikan ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam.

Setiap tahun, sekitar 2,5 juta umat Islam melakukan ibadah haji tetapi karena pandemi, pemerintah Arab Saudi hanya mengizinkan 10.000 penduduk setempat untuk melakukan ibadah haji tahun lalu.

Tahun ini, negara Timur Tengah ini menetapkan kuota tidak lebih dari 60.000 jemaah, yang semuanya harus telah mendapat suntikan vaksin yang disetujui Saudi, yaitu Pfizer, AstraZeneca, Moderna dan Johnson & Johnson.

Meskipun Indonesia juga menggunakan vaksin AstraZeneca, mayoritas dari sekitar 17 juta penduduk Indonesia yang telah divaksin Sinovac.

Indonesia juga menggunakan vaksin dari Sinopharm dan sedang menunggu pengiriman vaksin Pfizer, Moderna dan Novavax.

Namun sejak pandemi, Arab Saudi memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat untuk mengekang penyebaran Covid-19.

Sejumlah kecil jemaah haji Indonesia telah diizinkan untuk menunaikan ibadah umrah sejak awal tahun ini.

Kamis (3/6/2021) lalu, pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak mengirim jemaah haji untuk musim haji tahun ini, yang diperkirakan akan dimulai pada pertengahan Juli, untuk tahun kedua berturut-turut.

Agen Perjalanan, Toko dan Pemandu Ikut Terpengaruh

Ziarah ini adalah bisnis besar di Indonesia, negara bermayoritas umat Islam terpadat di dunia, berkontribusi sekitar 3 miliar dolar AS untuk ekonomi.

Pada tahun 2019, Indonesia mengirimkan 220.000 jemaah untuk melaksanakan ibadah haji dan lebih dari 1,2 juta orang untuk melaksanakan umrah, menurut data dari kementerian agama Indonesia.

Setiap jemaah menghabiskan rata-rata 2.500 dolar AS untuk Haji dan 1.400 dolar AS untuk Umrah.

Farid Aljawi, sekretaris Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia (Amphuri) mengatakan kepada CNA bahwa jumlahnya telah berkurang menjadi hampir nol sejak pandemi dimulai, terutama setelah Kerajaan Aran Saudi mulai membatasi jemaah yang bepergian ke Mekkah dan Madinah pada Februari 2020.

"Saya beruntung jemaah haji yang dikirim perusahaan saya telah kembali ke Indonesia pada 26 Februari 2020, sehari sebelum Arab Saudi pertama kali mengumumkan bahwa mereka menutup perbatasannya untuk peziarah asing," katanya.

Aljawi mengatakan perusahaan lain kurang beruntung.

"Mereka adalah jemaah yang sudah berada di bandara siap terbang, mereka yang sudah berada di Arab Saudi dan mereka yang berada di negara-negara transit. Ada 6.400 jemaah haji Indonesia yang terdampar setelah pembatasan diumumkan dan kami berebut untuk membawa mereka pulang dengan selamat," ceritanya.

Baca juga: Haji 2021 Batal, BPKH: Jemaah yang Sudah Melakukan Pelunasan Bakal Mendapat Nilai Manfaat

Aljawi yang mengelola biro perjalanannya mengatakan meskipun tidak ada pelanggannya yang terdampar, ia masih kehilangan pendapatan.

"Beberapa maskapai dan hotel memiliki kebijakan pengembalian dana yang baik, yang lain tidak. Sementara itu ada pengeluaran lain yang tidak dapat dikembalikan," katanya.

Kerugian besar dan bulan beroperasi tanpa penghasilan telah memaksa beberapa operator Haji dan Umrah untuk menutup bisnis mereka secara permanen.

"Saya tidak yakin persis berapa jumlahnya, tapi sudah ada puluhan," kata sekjen Amphuri itu.

Biro perjalanan lain Khazzanah Al-Anshari mengatakan telah mencoba menawarkan tur dan paket bertema Islam ke negara-negara Islam lainnya dengan pembatasan perjalanan yang kurang ketat.

"Tetapi orang-orang masih cemas bepergian ke luar negeri, terutama dengan semua persyaratan karantina yang berlaku," kata pemilik agensi Zakaria Anshari.

Anshari mengatakan dia harus menjelajah ke bisnis lain dengan menjual parfum, makanan ringan, dan makanan.

"Saya tidak menghasilkan uang yang sama seperti dulu tetapi itu cukup untuk membuat karyawan saya tetap bertahan berkerja. Mereka sekarang menjual makanan dan parfum karena tidak ada yang bisa dilakukan di biro perjalanan saya," tambahnya.

Sementara itu, pandemi tidak hanya mempengaruhi agen perjalanan dan orang-orang yang menjual persediaan haji, tetapi juga orang Indonesia yang tinggal di Arab Saudi yang bertindak sebagai pemandu.

"Pemandu-pemandu ini benar-benar telah berjuang. Penghasilan mereka berkurang menjadi tidak ada. Beberapa dari mereka mengulurkan tangan kepada kami secara pribadi bertanya apakah kami dapat membantu mereka dengan memebrikan uang," kata Anshari, yang juga kepala divisi urusan umrah di Amphuri.

"KAMI MELAKUKAN SEMUA YANG KAMI BISA UNTUK BERTAHAN HIDUP"

Di tengah kesibukan di pusat kota, beberapa toko pasokan haji bertahan.

"Aspek pasokan haji toko saya sangat terpukul. Tapi masih ada orang yang datang ke toko saya untuk membeli kurma, buah-buahan kering, buncis dan air Zamzam, terutama selama (bulan puasa Islam) Ramadhan. Tetapi mereka membeli hanya untuk konsumsi pribadi mereka, bukan sebagai hadiah," kata pemilik toko, Aziz.

"Kami juga menjual barang-barang kami secara online. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk bertahan hidup."

Tetapi dengan permintaan untuk barang-barangnya turun lebih dari 80 persen, Aziz mengatakan dia harus mengurangi jumlah karyawannya.

Baca juga: BPKH: Dana Haji Rp 150 Triliun Tidak Digunakan Untuk Infrastruktur

"Sebelum pandemi, saya memiliki enam karyawan yang bekerja pada dua shift. Sekarang hanya saya dan satu karyawan lain yang bekerja pada satu shift sehari," katanya, menambahkan bahwa tokonya sekarang beroperasi hanya lima hari seminggu.

"Untuk saat ini, kami bertahan. Uang itu cukup untuk membuat makanan di atas meja dan membayar biaya. Tetapi jika terus berjalan seperti ini, saya tidak tahu berapa lama saya bisa menjaga toko tetap berjalan," katanya.

Sekretaris jenderal Amphuri Aljawi mengatakan satu-satunya cara bagi bisnis terkait haji untuk bertahan hidup adalah agar kerajaan dapat mempermanenkan jemaah haji Indonesia bisa masuk ke Arab Saudi.

Aljawi mengatakan mungkin sudah terlambat bagi pemerintah Indonesia untuk melobi rekan-rekannya di Saudi untuk mengizinkan jemaah haji masuk ke negara itu, tetapi tidak untuk Umrah yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun.(Channel News Asia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas