Ledakan Covid Meningkat di Bangkalan dan Kudus, Kemenkes Diminta Lebih Cepat Tanggap
Mufida Kurniasih menyoroti penyebaran Covid-19 di Bangkalan, Pulau Madura, yang meningkat drastis sejak awal Juni 2021.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Mufida Kurniasih menyoroti penyebaran Covid-19 di Bangkalan, Pulau Madura, yang meningkat drastis sejak awal Juni 2021.
Dalam sepekan, ada 61 kasus baru dan 6 pasien Covid-19 dinyatakan meninggal dunia. Bahkan pada Minggu (6/6/2021) ada 25 kasus baru Covid-19 di Bangkalan.
Banyak kasus pasien Covid-19 di Bangkalan yang tak bertahan saat dibawa ke RS dan kurang dari 24 jam pasien meninggal dunia usai perawatan.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Empat Kecamatan Bangkalan Melonjak
Mufida sendiri menyoroti data update situasi Covid-19 yang dikeluarkan oleh Dinas Kominfo Jatim pada 4 Juni 2021 belum disesuaikan dengan data lapangan.
Dalam data tersebut terlihat Bangkalan masuk ke dalam kategori wilayah dengan 'risiko rendah' termasuk 3 wilayah kabupaten lainnya di Madura.
Baca juga: Panglima TNI Perbantukan Nakes Bantu Tekan Tingginya BOR di Kudus dan Bangkalan
Namun sehari berselang, Dinas Kesehatan Jatim menerbitkan surat permintaan penerimaan rujukan pasien Covid-19 dari RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan ke beberapa RS di Surabaya karena sudah kewalahan menangani pasien Covid-19 termasuk sejumlah tenaga kesehatan di RS setempat.
Menanggapi hal tersebut, Mufida mengaku prihatin dengan data yang diungkap belum sesuai realitas sebenarnya.
Dan itu berimbas pada kecepatan dalam mengantisipasi ledakan pasien Covid di Bangkalan, Jawa Timur.
"Data update situasi Covid-19 yang dikeluarkan oleh Dinas Kominfo Jatim pada 4 Juni 2021 terlihat Bangkalan baik-baik saja dalam kasus Covid dengan kategori 'risiko rendah'. Namun kok besoknya terjadi ledakan Covid di Bangkalan. Ini khan ada data yang belum divalidasi dengan data terkini di lapangan" tegas Mufida, kepada wartawan, Rabu (9/6/2021).
Harusnya, kata dia, semua data transparan dan valid angka-angkanya, sehingga untuk antisipasi awal ledakan Covid bisa dilakukan. Seperti kesiapan rumah sakit dalam ketersediaan tempat tidur, kemampuan SDM dalam penanganan serta ketersediaan prosedur operasi standar.
"Akibat data yang diupdate tak sesuai dengan realitas kasus Covid yang ada sehingga penanganannya tak maksimal," jelas Mufida.
Selain itu, Mufida menilai penyebab tingginya kematian pasien Covid-19 di rumah sakit, khususnya pasien gawat darurat bisa disebabkan pasien terlambat mengambil keputusan untuk pergi ke RS.
Karena itu, dia berharap Kemenkes lebih cepat tanggap bila ada indikasi lonjakan kasus di suatu daerah. Jadi, seperti kasus di Bangkalan bisa diantisipasi lebih awal.