Qodari: Jokowi-Prabowo Dalam Pilpres 2024 Solusi Atasi Polarisasi di Tengah Masyarakat
M Qodari berpandangan mengusung Jokowi-Prabowo sebagai pasangan presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 merupakan solusi mengatasi polarisasi
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penasihat Komunitas JokPro, M Qodari berpandangan mengusung Jokowi-Prabowo sebagai pasangan presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 merupakan solusi mengatasi polarisasi di tengah masyarakat.
"Saya melihat solusinya (atasi polarisasi) adalah pada Jokowi dan Prabowo. Dua sosok selama ini menjadi representasi pilihan masyarakat Indonesia. Karena mereka berdua ini yang selama ini didukung," jelas Qodari saat berbincang dengan Tribun Network, Kamis (26/6/2021).
Qodari menjelaskan, Indonesia saat ini hidup di zaman politik identitas.
Kondisi ini memicu terjadinya konfrontasi atau benturan antar peradaban di tiap-tiap kontestasi pemilihan umum.
Hal lain yang melatari Komunitas JokPro mengusung Jokowi-Prabowo yakni kondisi manusia yang saat ini hidup di zaman media sosial (medsos).
Keberadaan teknologi informasi yang kian maju, membuat manusia sekarang ini hidup di dua dunia, dunia nyata dan dunia maya (dunia virtual).
Baca juga: Meski Telah Menolak, Jokowi Bisa Jadi Presiden 3 Periode jika Partai Pendukungnya Merestui
Dunia maya yang menerapkan logika algoritma biner, kata Qodari, menciptakan fenomena yang disebut ruang gema atau echo chamber.
"Di mana semisal seseorang mengakses informasi mengenai orang lain, misal dikasih informasi tentang si A terus, kemudian dia akses informasi tentang si B, si B terus. Itu menciptakan fenomena yang namanya ruang gema atau echo chamber," jelas Qodari.
Manifestasi fenomena echo chamber ini terjadi saat Pilpres 2019 dalam wujud kategorisasi cebong dengan kampret.
Baca juga: Fadli Zon: Wacana Presiden 3 Periode Sangat Kontraproduktif dan Tak Etika Disituasi Pandemi
Sebagai informasi, cebong dan kampret merupakan sebutan bagi pendukung Jokowi dan Prabowo.
Fenomena politik identitas dan echo chamber, lanjut Qodari, melahirkan hal-hal yang tidak pernah diduga dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
Semisal pada tahun 2014, saat Presiden Jokowi akan dilantik, sesungguhnya massa simpatisan Prabowo Subianto berencana menyerbu gedung MPR.
Tujuannya ialah untuk membatalkan pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden.
Baca juga: Qodari Ungkap Alasan Dorong Jokowi Tiga Periode Berpasangan dengan Prabowo di 2024
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.