Pakar Kesehatan: Jangan Buru-buru Beli Ivermectin untuk Pencegahan Covid-19
BPOM dan pakar kesehatan bicara soal obat Ivermectin, jangan beli di toko daring, harus dengan resep dokter.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Theresia Felisiani
Masyarakat yang mendapatkan resep dokter untuk Ivermectin agar membeli di fasilitas pelayanan kefarmasian yang resmi, seperti apotek dan rumah sakit.
Menteri BUMN, Erick Thohir, melalui Instagram pribadinya juga mengimbau hal yang sama kepada masyarakat. "Harap diingat, Ivermectin tergolong obat keras dan harus digunakan dengan resep serta pengawasan dokter. Jadi, jangan sekali-kali mengkonsumsi obat ini tanpa resep dokter," kata Erick.
Ivermectin yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan efek samping. Di antaranya adalah nyeri otot atau sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, mengantuk, dan Sindrom Stevens-Johnson.
Baca juga: Bisa Obat Murah Covid-19, Ivermectin Jalani Uji Klinik di BPOM
Pakar kesehatan dan akademisi Prof Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH meminta masyarakat tak buru-buru membeli obat Ivermectin yang disebut-sebut sebagai obat Covid-19.
Ari mengatakan, sampai saat ini obat tersebut untuk indikasi sebagai obat cacing, berdasarkan izin edar yang terdaftar di BPOM.
"Obat cacing yang beredar selama ini merupakan dosis tunggal jadi bukan obat yang dikonsumsi setiap hari," ujar Prof Ari dalam video penjelasannya yang diterima Tribun.
Prof Ari menerangkan, dalam cara kerjanya sebagai obat cacing, Ivermectin membunuh cacing secara langsung di saluran pencernaan.
"Ketika kontak dengan obat ini maka cacing itu akan mati itu dan Ivermectin juga digunakan untuk berbagai macam parasit-parasit yang lain," jelasnya.
Menurut Ari populernya obat tersebut untuk penggunaan Covid-19, karena didasari penelitian in Vitro.
Penelitian in Vitro sendiri adalah penelitian yang baru dilakukan di tingkat sel, istilahnya masih praklinik belum masuk uji klinik.
"Dari situ disebutkan bahwa memang Ivermectin itu bisa menghambat kerja dari virus Sar-Cov 2. Tapi sekali lagi kalau masuk in Vitro kan kita belum tahu ini berapa dosis yang tepat untuk digunakan ketika ini pada animal atau bahkan pada manusia ketika manusia tersebut mengalami infeksi Covid-19," ungkap guru besar FKUI ini.
Baca juga: Daerah Pelosok dan Terluar Bisa Belajar Tatap Muka, Sekolah Perkotaan Sulit, Banyak Zona Merah
Ari menyatakan, masyarakat harus ingat sampai saat ini obat Ivermectin masih sebagai obat cacing.
Ada beberapa efek samping pada pasien-pasien Ivermectin ini, seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, bahkan juga diare sakit kepala.
"Dan kalau dikonsumsi dalam jumlah yang besar dengan jangka panjang tentu yang paling terganggu adalah liver. Jadi bisa menyebabkan kerusakan pada liver," kata dia.