Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anis Matta: Takut, Sedih, Marah dan Frustasi Mendominasi Emosi Publik di Tengah Pandemi

Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengatakan pihaknya menggelar diskusi tersebut setelah mengkaji suatu tema melalui sosial media.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Anis Matta: Takut, Sedih, Marah dan Frustasi Mendominasi Emosi Publik di Tengah Pandemi
Tribunnews.com/Vincentius Jyestha
Partai Gelombang Rakyat (Gelora) menggelar Gelora Talks bertajuk 'Marah dan Frustasi', Sabtu (10/7/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) menggelar Gelora Talks bertajuk 'Marah dan Frustasi', Sabtu (10/7/2021).

Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengatakan pihaknya menggelar diskusi tersebut setelah mengkaji suatu tema melalui sosial media.

Yakni terkait emosi yang menggerakkan publik pada saat pandemi Covid-19.

"Dan ternyata temuan kita ini memang mengerikan. Takut, sedih, marah dan frustrasi, kira-kira itu semua yang mendominasi emosi publik atau publik mood saat ini," ujar Anis dalam diskusi daring yang disiarkan di Youtube Gelora TV, Sabtu (10/7/2021).

Anis sendiri mengungkap pihaknya semakin menyadari beberapa hal dari waktu ke waktu, terutama setelah memasuki tahun kedua pandemi Covid-19.

Baca juga: BREAKING NEWS Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1442 Hijriyah Jatuh pada Selasa 20 Juli 2021

Salah satunya terkait pengetahuan kita tentang masalah pandemi Covid-19 yang dinilai masih terlalu sedikit.

Kemudian, terlalu banyak kejutan yang terjadi setiap waktu.

Berita Rekomendasi

"Lalu tidak ada yang bisa meramalkan berapa lama lagi kira-kira masalah ini akan berlangsung, masih akan ada berapa gelombang lagi dari Covid-19 ini, atau ada varian apa lagi yang akan muncul sesudah ini," jelasnya.

Anis mengatakan ada kaidah yang pas dengan kondisi saat ini, seperti 'yang rapuh pasti remuk'.

Menurutnya, individu yang rapuh pasti akan remuk di tengah pandemi, korporasi yang rapuh juga akan remuk di tengah krisis ekonomi ini, serta pemerintah atau negara yang rapuh juga akan remuk dengan krisis dan pandemi ini.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah saat ini untuk mendalami situasi emosional masyarakatnya.

Apabila hal itu tidak didalami, Anis menilai bisa saja semua ini akan berkembang menjadi ledakan sosial hingga krisis politik nantinya.

"Karena itulah penting bagi kita untuk mencoba dan mendalami situasi emosional publik. Karena dengan mengetahui itu, mudah-mudahan kita bisa mengetahui apa yang bisa kita lakukan secara lebih tepat, demi mencegah pandemi dan krisis ekonomi ini berkembang menjadi ledakan sosial. Apalagi berkembang menjadi krisis politik di kemudian hari," kata Anis.

Selain kaidah di atas, Anis juga mengungkap satu kaidah lain yakni terkait 'perang berlarut'. Namun dalam kondisi saat ini, Anis mengatakan hal itu bukanlah perang melainkan 'krisis berlarut'.

"Jadi yang menang bukan siapa yang membunuh lebih banyak, tetapi yang menang adalah siapa yang tetap bisa bertahan hidup sampai akhir. Ini harus kita persepsikan sebagai suatu persoalan, apakah kita mampu survive sebagai individu, sebagai korporasi, sebagai masyarakat, juga sebagai negara," ungkap dia.

"Dan penting bagi kita untuk mengetahui publik mood yang mendrive perilaku kita secara keseluruhan. Mudah-mudahan ini tidak berkembang menjadi ledakan sosial yang tidak terkendali. Karena itu akan membawa kita ke dalam krisis yang semakin susah untuk dikendalikan dan tidak ada satupun yang mengetahui kapan berakhirnya," pungkas Anis.

Dalam diskusi itu, hadir sejumlah narasumber antara lain dokter sekaligus pengusaha dan relawan Kemenkes dr. Tirta Mandira Hudhi, Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Prof. Hamdi Muluk, dan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median Rico Marbun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas