Mengenal Favipiravir, Ini Mekanisme Kerja Obat Favipiravir sebagai Terapi Covid-19
Simak inilah penjelasan mengenai obat Favipiravir sebagai terapi Covid-19, lengkap beserta mekanisme kerja dan hasil uji kliniknya.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Garudea Prabawati
Akan tetapi penggunaan Favipiravir harus dihindari pada ibu hamil karena berisiko teratogenik dan embriotoksik.
Selain itu, Favipiravir dapat menghambat replikasi besar jumlah virus RNA, termasuk virus influenza A, flavi-, alpha-, filo-, bunya-, arena- dan norovirus serta virus West Nile, demam kuning virus, virus penyakit kaki dan mulut, virus Ebola dan virus Lassa.
Favipiravir lebih baik dalam median waktu bersihan virus dibandingkan Lopinavir/Ritonavir (4 hari vs 11 hari).
Favipiravir juga lebih baik dalam perbaikan gambaran CT scan dan lebih sedikit efek samping.
Baca juga: Cara Cek Obat Covid-19 Ada atau Tidak di Apotek Secara Online, KLIK farmaplus.kemkes.go.id
Baca juga: Apa Itu Oseltamivir? Obat Influenza yang Digunakan sebagai Obat Terapi Covid-19
Hasil Uji Klinik Favipiravir
Dikutip dari farmasetika.com, Cai Q et al. (2020) melakukan studi kontrol label terbuka non-acak di bangsal isolasi pusat penelitian klinis nasional untuk penyakit menular di Shenzhen, Cina dari 30 Januari hingga 14 Februari 2020, untuk pasien dengan terkonfirmasi Covid-19.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek klinis Favipiravir dan Lopinavir/Ritonavir pada pasien Covid-19.
Dari 30 Januari, 56 pasien dengan hasil laboratorium terkonfirmasi Covid-19 diskrining, 35 di antaranya memenuhi syarat untuk kelompok favipiravir dalam penelitian.
Sebanyak 91 pasien hasil laboratorium terkonfirmasi Covid-19 yang telah memulai pengobatan dengan LPV / RTV antara 24 Januari dan 30 Januari 2020 diskrining, 45 di antaranya memenuhi syarat untuk kontrol lengan penelitian.
Ditemukan bahwa favipiravir secara independen terkait dengan penghambatan virus yang lebih cepat dan lebih tinggi.
Dalam hal keamanan, kelompok favipiravir mengalami efek samping yang secara signifikan lebih rendah (Diare, muntah, mual, ruam, kerusakan hati dan ginjal dan lainnya) dibandingkan dengan yang lain grup (p <0,001).
Dalam studi percontohan uji coba kontrol non-acak ini, mereka menemukan bahwa favipiravir menunjukkan secara signifikan efek pengobatan yang lebih baik pada Covid-19 dalam hal perkembangan penyakit dan penghambatan perkembangan virus.
Karena itu, hasil ini harus menjadi informasi penting untuk menetapkan standar pedoman pengobatan untuk memerangi infeksi virus Covid-19.
(Tribunnews.com/Latifah)