Soal Polemik Baliho Capres, Pengamat: Jangan Sampai Jadi Cibiran Masyarakat
Masyarakat sendiri sudah paham bahwa pemasangan baliho elite parpol tersebut adalah bagian dari promosi dan pengenalan diri menuju Pilpres 2024.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan pemasangan baliho oleh sejumlah politikus harus disertai dengan komunikasi politik yang benar.
Hal tersebut agar tak kontraproduktif nantinya.
Diketahui, baliho berwajah Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar terpampang di sejumlah daerah.
Mereka disebut-sebut sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.
"Problemnya, pemasangan baliho jika tak disertai komunikasi politik yang benar justru akan kontraproduktif. Publik bukannya akan suka namun sebaliknya jadi sebal. Buktinya, baliho itu jadi cibiran bukan sanjungan. Karenanya, komunikasi dan kerja politik jadi penting untuk menerjemahkan baliho-baliho itu," kata Adi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (5/8/2021).
Baca juga: Elite Golkar Ungkap Alasan di Balik Pemasangan Spanduk dan Baliho Airlangga
Salah satu komunikasi dan kerja politik yang benar, kata Adi, dapat dilakukan dengan cara elite yang memasang baliho mesti berani juga menginstruksikan agar partainya menjadi sandaran bagi masyarakat yang terdampak pandemi.
Sebab, apabila tak dibarengi kerja politik terukur, baliho yang diniatkan mengerek elektabilitas hanya akan gagal, karena tak bisa merebut hati masyarakat.
"Baliho pastinya diniatkan untuk pencapresan, sebab baliho itu fenomena politik, bagian strategi pemasaran. Tujuannya tak mungkin normatif dan tak mungkin untuk hal ilmiah. Tujuannya pasti ingin dikenal orang," jelas Adi.
Menurut Adi, masyarakat sendiri sudah paham bahwa pemasangan baliho elite parpol tersebut adalah bagian dari promosi dan pengenalan diri menuju Pilpres 2024.
Apalagi, lanjutnya, nama Puan, Airlangga dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin masih kalah popularitasnya dengan nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan hingga Ganjar Pranowo.
"Pasti baliho itu niatnya untuk mengerek popularitas. Karena popularitas Puan, Airlangga, dan Cak Imin kalah populer dari nama besar macam Prabowo, Ganjar, Anies, Sandi, Ridwan Kamil, dan AHY," tandasnya.