Hari Pramuka Diperingati Setiap Tanggal 14 Agustus, Ini Sejarah dan Arti Lambang Pramuka
Berikut ini arti lambang Tunas Kelapa dan sejarah Hari Pramuka yang diperingati pada tanggal 14 Agustus setiap tahunnya.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Tunas kelapa yang bisa tumbuh di mana saja melambangkan setiap anggota Pramuka bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.
Perlu diketahui, pohon kelapa juga tumbuh tinggi menjulang dan menjadi salah satu pohon tertinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap anggota Pramuka memiliki cita-cita yang tinggi dan bisa tetap tegak berdiri.
Lalu, akar pohon kelapa biasanya tumbuh kuat di tanah yang melambangkan bahwa setiap anggota Pramuka berpegang pada keyakinan yang kuat untuk mencapai cita-citanya.
Selain itu, pohon kelapa adalah pohon yang memiliki banyak manfaat.
Hal tersebut melambangkan setiap anggota Pramuka merupakan manusia yang berguna bagi negara Indonesia.
Baca juga: Kemendikbud: Kegiatan Pramuka Kuatkan Kedisiplinan Siswa di Tengah Pandemi Covid-19
Baca juga: 40 Link Twibbon Selamat Hari Pramuka 14 Agustus 2021, Ini Cara Share ke Sosmed
Sejarah Hari Pramuka
Mengutip laman Kemdikbud.go.id, organisasi Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) pada tahun 1912.
Kemudian pada tahun 1916, berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIVP).
Di tahun yang sama, Mangkunegara VII membentuk Organisasi Kepanduan pertama Indonesia dengan nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).
Lahirnya JPO memicu gerakan nasional lainnya untuk membuat organisasi sejenis pada saat itu diantaranya Hizbul Wahton (HM) pada 1918, JJP (Jong Java Padvinderij) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS) dan dan penyatuan organisasi pandu diawali dengan lahirnya INPO (Indonesische Padvinderij Organisatie) pada 1926.
Organisasi tersebut dibuat sebagai peleburan dua organisasi kepanduan yakni Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).
Melihat semakin banyaknya organisasi pramuka milik Indonesia, Belanda melarang organisasi kepramukaan di luar milik Belanda mengguakan istilah Padvinder.
Oleh karena itu K.H Agus Salim memperkenalkan istilah “Pandu” atau “Kepanduan” untuk organisasi Kepramukaan milik Indonesia.