Cerita di Balik Presiden Pakai Baju Adat Baduy, Ini Alasan Tak Bawa Golok
Staf Pribadi Presiden Jokowi Anggit Noegroho mengatakan bahwa penggunaan baju adat Baduy sesuai dengan kondisi Pandemi saat ini.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih baju adat Suku Baduy Kanekes dalam Pidato Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR dan DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (16/8/2021).
Pemilihan baju adat tersebut ternyata tidak sembarangan.
Terdapat makna filosifi yang ingin disampaikan Jokowi, selain rancangan pakainnya yang sederhana.
Staf Pribadi Presiden Jokowi Anggit Noegroho mengatakan bahwa penggunaan baju adat Baduy sesuai dengan kondisi Pandemi saat ini.
Baca juga: Jokowi dan Sandiaga Uno Diminta Pertimbangkan Angkat Jerinx jadi Duta Vaksin Covid-19
"Baju adat Baduy dipilih karena desainnya sederhana, simpel dan nyaman dipakai.
Ini sesuai dengan kondisi Indonesia yang saat sedang menghadapi pandemi Covid-19.
Ada makna tentang kesederhanaan, kemandirian, ramah alam dan pesan kearifan lokal," kata dia.
Seperti tahun tahun sebelumnya, Anggit mengaku mendapatkan tugas untuk menyiapkan pakaian adat yang akan digunakan Presiden dalam acara rutin tahunan tersebut.
Baca juga: Pakai Face Comparation, Roy Suryo Sebut Kemiripan Jokowi dengan Mural 404 Not Found Tak Sampai 70%
Presiden meminta untuk menyiapkan pakaian adat yang sederhana dan tidak terkesan festive (meriah).
"Kami siapkan 8 pakaian adat dari 5 daerah. Dari situ dipilih 2 pakaian adat untuk pidato kenegaraan dan upacara 17 Agustus," katanya.
Baju adat Baduy yang digunakan Presiden, kata Anggit asli dibuat oleh masyarakat Baduy, tanpa modifikasi apapun.
Tetua adat Baduy, Jaro Saija, menyiapkan sendiri baju tersebut.
Baca juga: Kebijakan PPKM Dikritik Tak Konsisten, Jokowi: Virusnya Selalu Berubah, Penanganannya Juga Berubah
"Sebelumnya kami pesan melalui telepon, beberapa hari kemudian kami ambil," katanya.
Dalam menghadiri acara rutin kenegaraan tersebut, Presiden melengkapi pakaian adat yang dikenakan, dengan tas adatnya.
Tas itu terbuat dari serat pohon dan merupakan aksesori satu kesatuan dengan pakaian adatnya.
Sebenarnya kata Anggit, ada aksesoris lainnya selain tas yang menjadi ciri khas Baduy, yaitu golok.
Hanya saja karena pertimbangan keamanan golok tersebut tidak di bawa Presiden dalam sidang tahunan tersebut.
"Ada satu lagi aksesori yang biasanya ada, yakni golok, namun tidak dipakai karena pertimbangan Paspampres terkait keamanan," katanya.