Kondisi Per Daerah Masih Beda, Pakar Kesehatan Masyarakat Nilai PPKM Masih Jadi Pilihan Tekan Covid
Pakar Kesehatan Masyarakat nilai PPKM Leveling itu akan tetap menjadi pilihan untuk menekan laju penularan Covid-19
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dr Hermawan Saputra menilai kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Leveling itu akan tetap menjadi pilihan untuk menekan laju penularan Covid-19.
Mengingat, kata Hermawan, hingga saat ini kondisi per daerah masih berbeda antara satu dengan lainnya.
Sehingga belum bisa dilakukan pelonggaran serempak seluruh wilayah.
Hermawan menyebut, masih terdapat daerah yang masih masuk dalam kategori level 4, level 3, bahkan ada level 2.
Sehingga, menurutnya PPKM masih tetap akan jadi pilihan.
Hal tersebut dikatakan oleh Hermawan kepada Tribunnews.com, Senin (13/9/2021).
Baca juga: PPKM Jawa-Bali Berakhir Senin Besok, Satgas Sebut Kasus Aktif Nasional Turun 7 Minggu Berturut
Baca juga: PPKM Berakhir Hari Ini, Diperpanjang atau Tidak, Berikut Grafik Terbaru Kasus Covid-19
"Rasa-rasanya PPKM itu tetap akan jadi pilihan, karena skala nasional itu tidak sama satu daerah dengan daerah yang lain.
"Ada daerah yang masih level 4, ada daerah yang level 3, bahkan ada level 2. Tapi kehati-hatian itu sangat penting," kata Hermawan.
Hermawan juga mengingatkan kepada pemerintah, setiap dilakukan pelonggaran, harus diputuskan dengan penuh kehati-hatian.
Termasuk juga kepada masyarakat, harus tetap waspada pada saat menjalankan pelonggaran tersebut.
"Pelonggaran ini harus dimaknai kehati-hatian yang luar biasa, tidak sama ritme satu daerah dengan daerah lain, kita harus waspada," tambah Hermawan.
Kewaspadaan ini, kata Hermawan, dilakukan demi kasus Covid-19 tidak kembali meningkat.
Hermawan khawatir jika kasus mengalami kenaikan atau bahkan Indonesia kedatangan varian virus baru.
Baca juga: Daftar Daerah PPKM Level 4-2 di Jawa dan Bali, Berlaku hingga 13 Sptember 2021
Seperti pada waktu varian Delta masuk ke Indonesia pada bulan Juni-Juli lalu.
"Jangan sampai ada kenaikan kasus yang signifikan. Jangan sampai ada varian baru yang lolos. Kita tahu ada varian Mu. Jangan sampai menjadi tantangan seperti Delta yang Juni-Juli sudah luar biasa," ujar Hermawan.
Mengingat, saat ini beberapa negara seperti Amerika dan Australia kembali mengalami peningkatan kasus Covid-19.
Apalagi hingga saat ini WHO belum mencabut status pandemi.
"Amerika walaupun warganya sudah divaksin luar biasa, tetapi tetap potensi kenaikan kasusnya tinggi karena ada varian baru dan pelonggaran di mana-mana. Jadi, dunia tetap waspada. WHO pun belum cabut status pandemi. Indonesia tidak boleh euforia," tutur Hermawan.
Untuk itu, meskipun kasus sudah mulai turun, seluruh masyarakat perlu terus menerapkan penggunaan prokes dalam setiap aktivitas.
Baca juga: Daniel Mananta Akui Nekat Buka Cabang Kedua Bisnis Kulinernya di Masa PPKM
"Tapi masyarakat juga harus berperilaku yang baik. Tetap protokol kesehatan walaupun ada relaksasi pelonggaran, tidak boleh excuse, tidak boleh mumpung," kata Hermawan.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan menginformasikan data ter-update terkait perkembangan Covid-19 di Indonesia pada Minggu (12/9/2021).
Dari data tersebut, jumlah kasus positif virus corona tercatat ada 3.779 penambahan dari sebelumnya 4.163.732 kasus.
Data tersebut dirilis dalam laman Peta Sebaran Covid-19, covid19.go.id, Minggu sore.
Kini, total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 4.167.511 sejak pertama terkonfirmasi pada 2 Maret 2020 silam.
Kabar baiknya, ada sejumlah 9.401 pasien yang berhasil sembuh dari Covid-19.
Baca juga: Wagub DKI Luruskan Pernyataan Anies: Holywings Kemang Ditutup Hanya Selama PPKM, Bukan Pandemi
Sehingga, jumlah pasien sembuh saat ini berjumlah 3.918.753 jiwa dari pasien sebelumnya yang sebanyak 3.909.352 jiwa.
Sementara itu, jumlah pasien positif Covid-19 yang dinyatakan meninggal dunia juga bertambah sebanyak 188 pasien.
Total pasien meninggal dunia akibat virus corona menjadi 138.889 orang, dari yang sebelumnya sebanyak 138.701 orang.
Penambahan kasus positif tersebut tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kasus Aktif Nasional Turun 7 Minggu Berturut-turut
Persentase kasus aktif nasional di Indonesia telah turun dalam tujuh minggu berturut-turut.
Baca juga: PKL dan Warung di Daerah PPKM Level 4 Bisa Dapat Bantuan Tunai Rp 1,2 Juta
Terhitung penurunan kasus aktif tersebut terjadi pada 25 Juli, 1 Agustus, 8 Agustus, 15 Agustus, 22 Agustus, 29 Agustus, dan 5 Sepetember 2021.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers secara daring di kanal YouTube BNPB Indonesia, Selasa (7/9/2021).
"Persentase kasus aktif nasional telah turun tujuh minggu berturut-turut," kata Wiku.
Meski telah terjadi penurunan, Wiku mengatakan pemerintah menargetkan akan terus menekan penurunan kasus lebih banyak lagi, seperti saat sebelum terjadinya lonjakan.
Baca juga: Masyarakat Diimbau Tidak Pilih-pilih Merek Vaksin
Hal ini karena jumlah kasus pada minggu ini dua kali lipat lebih banyak dari bulan Mei 2021 lalu.
"Tujuan kita adalah untuk menurunkan kasus hingga seperti sebelum lonjakan kasus."
"Mengingat kasus saat ini meskipun sudah turun, ini masih dua kali lipat pada pertengahan bulan Mei lalu," terang Wiku.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)
Tribunnews.com/Dewi Agustina