2 Catatan Yenny Wahid Tanggapi Video Viral Santri Tutup Telinga saat Vaksin
Video para santri menutup telinga saat antre melakukan vaksinasi menuai perhatian beberapa pihak
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Arif Fajar Nasucha
Mengutip wartakotalive.com, pro dan kontra terkait aksi para santri yang menutup kuping mereka karena tak ingin mendengarkan musik saat menunggu giliran vaksinasi covid-19 ramai dituliskan masyarakat lewat media sosial.
Satu di antaranya adalah Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A., Ph.D, Dosen Fakultas Hukum Universitas Monash.
Lewat status Twitternya @na_dirs; pada Selasa (14/9/2021), pria yang akrab disapa Gus Nadir itu mengungkapkan sikap para santri itu mencerminkan besarnya tolerasi mereka terhadap perbedaan pemahaman tentang musik.
Sehingga, aksi mereka yang dikaitkan dengan paham Islam garis keras menurutnya sangat tidak tepat.
"Justru disana terlihat toleransi ustad dan santri utk memilih menutup telinga & menjaga diri ketimbang memaksakan paham mereka dg cara kekerasan," jelas pria yang akrab disapa Gus Nadir itu.
"Bukankah esensi toleransi ada di sana? Jadi jangan buru2 mengaitkan mereka dg paham Islam garis keras hanya krn mrk berbeda pemahaman," tegasnya.
Gus Nadir pun mengungkapkan terdapat ulama yang berbeda pendapat tentang mendengarkan musik.
Bagi mereka yang menyebut haram mendengarkan musik lanjutnya, dikarenakan musik dinilai dapat membuat hilang hafalan Al Quran.
"Ulama yg bilang haram juga punya dasar rujukan. Pada titik ini ya kita saling hormat saja thd pilihan yg berbeda," tulis Gus Nadir.
"Bagi yg bilang haram, mendengarkannya dianggap berdosa & bisa membuat hafalan Quran menjadi lupa. Bagi yg blg boleh, mendengarkan musik dapat melalaikan utk murajaah," jelasnya.
(Tribunnews.com/Chrysnha/WartaKota/ Dwi Rizki )