Dari Rakyat untuk Rakyat, Mutual Aid Jaksel Gagas Solidaritas Lintas Generasi di Tengah Pandemi
Para relawan Mutual Aid Jaksel memandang bahwa yang dibutuhkan saat pandemi ini adalah solidaritas, di mana rakyat berinisiatif untuk membantu sesama
Editor: Content Writer
“Dari warga, jika ada pakaian yang berlebih atau tidak terpakai bisa kami distribusikan bersama. Lalu siapa yang membutuhkan, bisa ambil,” ujar Hilman Mussa, salah seorang relawan Mutual Aid saat diwawancarai oleh Tribunnews, Senin (6/9/2021).
Gagasan lain dari Mutual Aid Jaksel adalah gerakan memborong UMKM. Melalui gerakan ini, para relawan Mutual Aid berusaha membantu melarisi dagangan UMKM atau pedagang kecil jalanan yang terdampak pandemi sekaligus meredistribusinya kepada yang membutuhkan.
Redistribusi ini juga melibatkan kelas pekerja, di mana mereka yang merasa mampu dapat menghubungi Mutual Aid Jaksel untuk memberikan bantuan dana tanpa nilai minimum.
Semuanya sukarela
Sebagai gerakan dari rakyat untuk rakyat, anggota yang tergabung dalam gerakan Mutual Aid adalah relawan. Oleh sebab itu, jumlah relawan yang terdaftar dalam Mutual Aid pun tidak terdata, serta tidak ada pembagian peranan secara spesifik; siapa saja dapat bergabung dalam agenda-agenda Mutual Aid
Modal awal yang digunakan untuk kegiatan pun berasal dari pendanaan kolektif para relawan yang sama-sama tergerak sebagai partisipan. Semuanya adalah dana solidaritas antar rakyat, tanpa afiliasi organisasi maupun partai politik apapun.
“Awalnya dari collective fund anak-anak (anggota) Mutual Aid yang kelas pekerja. Kami lalu berinisiasi bagaimana caranya memanjang napas pergerakan kami ini. Akhirnya kami membuka donasi dari luar, untuk umum, bagi siapa saja yang berlebih, nanti kami bantu redistribusi,” ungkap Hilman.
Setiap relawan Mutual Aid Jaksel memiliki kesibukan sehari-hari serta keahlian yang berbeda-beda. Ada yang menjadi pegawai, ada yang menjalankan usaha, ada juga yang masih mencari kerja.
Dengan latar belakang lintas generasi, setiap agenda yang dijalankan oleh Mutual Aid dapat berangkat dari keahlian yang dimiliki oleh anggota, mulai dari cek kesehatan, berbagi ilmu, hingga cukur rambut gratis.
Membangkitkan kesadaran gotong royong
Mutual Aid Jaksel tidak memandang gerakan mereka sebagai agenda amal atau charity. Sebaliknya, ia berusaha merespons kenyataan secara sadar bahwa pemerintah belum bisa memberikan solusi penuh bagi masyarakat terdampak krisis pandemi.
Hal ini tidak dapat dilakukan hanya dengan mengkritik ataupun menuntut. Masyarakat perlu memberikan sebuah alternatif tersendiri.
Karenanya, dengan dimulai dari budaya tongkrongan, Mutual Aid Jaksel berusaha membangkitkan kembali budaya gotong royong di tengah masyarakat.
“Harus saling membantu. Tanpa ada krisis sekalipun, sudah seharusnya kami melakukan mutual aid atau gotong royong,” jelas relawan Mutual Aid Jaksel lainnya, Aryo, pada kesempatan yang sama.