Kiai Adnan Panglima Damai Poso Berbagi Kisah: Poso Kini Hidup Damai Dalam Kemajemukan
Stigma negatif Poso sebagai daerah konflik nan berbahaya terlajur melekat di benak masyarakat, khususnya warga dari daerah lain.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stigma negatif Poso sebagai daerah konflik nan berbahaya terlajur melekat di benak masyarakat, khususnya warga dari daerah lain.
Padahal saat ini, Poso sudah berubah menjadi daerah ramah nan asri, konflik sudah lama usai dan kedamaian sudah tercipta. Masyarakat Poso hidup damai dalam kemajemukan.
Guna menghapus cap daerah konflik yang kadung melekat untuk Poso, Mantan Panglima Muslim saat terjadi konflik di Poso Kiai Adnan Arsal angkat bicara mengenai konflik horizontal yang sempat terjadi di Poso. Hingga akhirnya daerah tersebut menjadi sarang gerakan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dikepalai gembong teroris Santoso.
Santoso memang telah berhasil ditumpas, meski demikian sisa anak buahnya hingga kini masih bercokol di Poso, tepatnya di hutan Gunung Biru, yang terletak di Tamanjeka, Desa Masani, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Kiai Adnan yang kini menjabat sebagai Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso mengatakan, konflik Poso sudah lama selesai. Maka dari itu stigma negatif tentang Poso daerah konflik dan tidak aman, sudah tidak tepat disematkan ke Bumi Sintuwu Maroso.
Dalam acara bedah buku 'Muhammad Adnan Arsal, Panglima Damai Poso' di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kiai Adnan menyampaikan, saat ini seluruh warga Poso hidup dalam kedamaian, antar umat beragam di Poso saling bahu-membahu memajukan Poso agar pembangunan dan kesejahteraan Poso bisa meningkat.
Selain itu dia juga menyampaikan teror yang terjadi di Poso bukanlah sisa-sisa dari konflik Poso yang lalu. Hal itu murni tindakan teror yang dilancarkan kelompok kecil sisa dari anak buah Santoso di Gunung Biru.
"Saya tidak ada di dalam otak untuk memberontak terhadap negara. Saya sampaikan kepada para mujahidin, kalau kita mau melawan negara, kita ini tidak sampai satu bulan habis. Kita harus belajar pada sejarah, bagaimana negara menumpas para pemberontak," kata Kiai Adnan, Sabtu (18/9/2021).
Ia menceritakan, ketimbang berkonflik dengan negara, ia meminta kepada para mujahidin untuk berdamai dan bersama membangun Poso agar penduduknya dapat hidup damai dan sejahtera.
Lewat pendidikan agar anak-anak bangsa di Poso mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan kesempatan untuk bersama-sama memajukan Poso.
Baca juga: Ketika Tiga Jenderal Turun Langsung Kejar Teroris MIT Poso Yang Masih Buron
"Tidak perlu naik gunung, kita sama-sama membangun Poso, kita lihat masa depan," ujarnya saat menceritakan pengalamannya berdialog dengan para mujahidin.
Alhasil, lewat cara tersebut dan dialog dengan para tokoh lintas agama di Poso, Bumi Sintuwu Maroso berhasil berdamai dan menyudahi konflik.
Meski demikian, tidak semua sepakat dengan apa yang diusulkan oleh Kiai Adnan. Ada beberapa orang yang ngotot dan naik ke Gunung Biru untuk tetap angkat senjata.
Dari situ ia tegaskan, para pemuda yang tetap ngotot angkat senjata dan berniat memerangi negara bukan bagian dari komunitas masyarakat di Poso, bukan bagian dari umat muslim Poso yang menghendaki perdamaian.