Australia Akan Diperkuat Kapal Selam Nuklir, Indonesia Disarankan Merapat ke China
"Itu yang saya katakan sebaiknya kita agak merapat juga ke China untuk masalah ini karena kalau kita sendiri, Indonesia sendiri kita tidak mungkin."
Penulis: Gita Irawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai sebaiknya pemerintah Indonesia merapat ke China terkait rencana Australia membuat kapal selam nuklir bersama Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Hal itu karena, kata dia, Indonesia tidak bisa menghadapi rencana tersebut sendirian.
Menurutnya tindakan Australia, AS, dan Inggris tersebut berpotensi melanggar Non Proliferation Treaty (Perjanjian Nonproliferasi Nuklir) atau perjanjian antar negara yang membatasi kepemilikan senjata nuklir.
Ia mengatakan Korea Utara dan Iran telah mendapatkan sanksi berupa embargo terkait hal tersebut.
Dengan demikian menurutnya Australia dan AS juga perlu mendapat sanksi serupa terkait hal tersebut.
Hal tersebut disampaikannya dalam Gelora Talks bertajuk Perang Supremasi: Amerika Serikat VS China Akankah Meledak di Laut China Selatan? di kanal Yotube geloraTV pada Rabu (22/9/2021).
Baca juga: Pakar Hukum Internasional Ungkap Makna Manuver Angkatan Laut China di Laut Natuna
"Itu yang saya katakan sebaiknya kita agak merapat juga ke China untuk masalah ini karena kalau kita sendiri, Indonesia sendiri kita tidak mungkin," kata Hikmahanto
Hikmahanto mengatakan Indonesia perlu tegas mengenai masalah tersebut.
Hal itu karena Indonesia tidak menginginkan adanya senjata nuklir yang diintrodusir di wilayah Indonesia maupun di wilayah ASEAN.
Awalanya, Indonesia menggalang Asean untuk menghadapi rencana Australia tersebut.
Namun, demikian ternyata Asean misalnya Filipina mengambil posisi akan mendukung.
Baca juga: Ancaman Kapal China di Natuna, Prabowo Bawa Lisensi Kapal Perang Inggris
Hal itu karena Filipina punya masalah berkaitan dengan kedaulatan mereka yang tertindih dengan nine dash line China.
"Sekali lagi indonesia kita harus mengambil sikap sepanjang misalnya kita anggap bawa AS dan Autrali sekutunya, Inggris salah, ya kita harus keras katakanlah kita akan berpihak ke China atau ke Perancis bahkan. Supaya mereka nanti berpikir ulang kalau misalnya Indonesia nanti sempat jatuh ke China, Amerika Serikat akan khawatir," kata dia.
Dengan demikian, ia berharap Australia tidak meneruskan rencananya meskipun Australia mengatakan kapal selam nuklir yang rencananya dibangun tersebut tidak membawa senjata nuklir.
"Saya ingat kamikaze itu juga seperti itu, mereka sebenarnya pesawat udara mereka jadikan alat untuk menyerang kapal-kapal induk waktu itu setelah pesawat udaranya itu tidak punya amunisi ya. Jadi dia menggunakan pesawat itu sendiri untuk menyerang," kata dia.