Densus 88 Jelaskan Sejarah Terbentuknya Mujahidin Indonesia Timur/MIT di Poso
Kombes Aswin Siregar menyampaikan sejarah terbentuknya MIT Poso tidak terlepas dengan kelompok teroris hingga konflik yang ada di Poso.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Hasanudin Aco
Tidak lama Santoso dilantik, MIT membunuh seorang warga sipil bernama Hasman Mao di desa Masani, Poso Pesisir.
Lalu 12 hari kemudian, MIT juga membunuh dua orang anggota kepolisian, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman.
Pada tahun yang sama, Santoso bersama MIT melakukan berbagai aksi penembakan terhadap warga di kelurahan Kawua dan rumah dinas Kapolsek Poso Pesisir Utara.
"Pada tahun 2014 MIT melakukan pembunuhan terhadap petani di Poso bernama Muhammad Amir dan Fadli. Empat hari pasca Natal di tahun yang sama, MIT melakukan penculikan terhadap tiga warga Tamadue, Harun Tabimbi, Garataudu dan Victor Palaba. Satu di antaranya dibunuh secara brutal," terang dia.
Pada awal 2015, MIT membunuh tiga warga di desa Tangkura, Kabupaten Poso.
Setahun setelahnya atau 2016, Satgas Tinombala terlibat kontak tembak dengan kelompok teroris MIT yang berhasil menewaskan Santoso alias Abu Wardah.
"Pada tahun yang sama, Satgas juga berhasil menangkap tokoh MIT lainnya, Basri. Berkat terbunuhnya Santoso dan penangkapan Basri, muncul pemimpin baru dari MIT, yakni Ali Kalora," bebernya.
Di bawah kendali Ali Kalora, Aswin menyebut MIT Poso tidak menghentikan aksi terornya.
Pada awal Agustus 2017, MIT menembak mati petani di wilayah pegunungan Pora, desa Parigimpuu, Parigi Barat, Parigi Moutong.
Pada 2018, lanjut dia, pembunuhan terhadap warga sipil berlanjut yang terjadi seminggu setelah Natal.
MIT membunuh seorang warga di desa Sausu dengan cara dipenggal.
"Hingga akhir tahun 2020, MIT membantai empat orang di kabupaten Sigi dan membakar rumah warga. Brutalitas MIT ternyata tidak berkurang meski anggota kelompok tersebut berkurang satu persatu setelah terlibat kontak tembak dengan aparat," tukasnya.