Fenomena TKA China hingga Vaksin Jadi Alasan Publik Percaya Isu Kebangkitan Komunisme
Peneliti Median Rico Marbun menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap isu tersebut.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei dari lembaga Media Survei Nasional (Median) mengungkapkan bahwa lebih dari 46 persen responden di Indonesia masih percaya soal isu kebangkitan komunisme atau Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peneliti Median Rico Marbun menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap isu tersebut.
Berdasarkan temuannya, sebanyak 12,3 persen responden percaya isu kebangkitan komunisme lantaran adanya fenomena tenaga kerja asing (TKA) China dan 12 persen tentang proyek-proyek China di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Rico Marbun dalam rilis survei Melihat Presensi Publik atas Isu Komunisme dan Reshuffle Kabinet yang disiarkan secara virtual, Kamis (30/9/2021).
"Adanya alasan bahwa ulama banyak ditangkap 12 persen. Indonesia tergantung vaksin dari China 11,8 persen. Negara China ingin mencaplok Natuna sebesar 9,4 persen," kata Rico.
Baca juga: Pesan Pangkostrad Kepada Generasi Muda Terkait G30S/PKI dan Komitmen Kebangsaan
Alasan selanjutnya, lanjut Rico, yaitu publik menganggap China ingin menguasai perekonomian Indonesia sebesar 9 persen.
Lalu, alasan bahwa sejarah tentang komunis sengaja dikaburkan mulai dari film G30S/PKI, buku pelajaran dan lainnya sebesar 6,6 persen.
"Lalu banyaknya serangan ke penceramah 5,4 persen, usaha mengganti Pancasila 4,6 persen, konflik laut China Selatan 4,5 persen, komunis tidak akan pernah mati 1,3 persen," ungkapnya.
Sementara itu, responden yang menyatakan tidak percaya akan isu kebangkitan komunisme/PKI sebesar 45 persen.
Adapun sejumlah alasan mereka tidak percaya terhadap isu tersebut yakni 18 persen responden menyebut bahwa PKI dan komunis sudah dilarang di Indonesia.
Kemudian, responden yang beralasan bahwa PKI sudah tidak ada sebesar 14,5 persen. Lalu, responden yang menganggap PKI dan komunisme sudah menjadi sejarah sebesar 10 persen.
"Indonesia punya Pancasila 8,5 persen. Isu komunis kepentingan politik 6,6 persen. Siasat adu domba 5,7 persen. Agama di Indonesia dilindungi 4,4 persen, dan isu PKI hoaks 3 persen," jelasnya.
Sebagai informasi, Survei Median ini dilakukan pada 19-26 Agustus 2021. Sampel yang diambil 1.000 responden dengan margin of error sebesar kurang lebih 3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sample dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan propodional atas polulasi Provinsibdan gender.
Sampel diambil dari face to face bukan melalui telepon.