Sejarah Hari Kesaktian Pancasila, Dilatarbelakangi oleh Peristiwa Pemberontakan G30S 1965
Berikut ini sejarah hari Kesaktian Pancasila yang dilatarbelakangi peristiwa pemberontakan G30S 1965 yaitu tragedi penculikan dan pembunuhan Jenderal.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
8. Bripka Karel Sadsuit Tubun (pengawal Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, tetangga A.H Nasution);
9. Brigjen Katamso Darmokusumo (Komandan Rem 072/Pamungkas Yogyakarta);
10. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Wakil Dan Rem 072/Pamungkas Yogyakarta).
Perlu diketahui, Pierre Tendean menjadi korban penculikan karena ia berusaha melindungi atasannya, A.H Nasution, dengan cara mengakui dirinya sebagai Jenderal A.H Nasution.
Selain Pierre Tendean, putri A.H Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution dibunuh di rumahnya oleh G30S saat kejadian penculikan.
Tanggal terjadinya peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila sejak penetapannya oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1984.
Sejarah selengkapnya, simak rangkuman sejarah hari Kesaktian Pancasila berikut ini, dikutip dari kemdikbud.go.id.
Baca juga: KRONOLOGI Tragedi Pemberontakan G30S 1965, Upaya Penumpasan G30S, hingga Fakta Sejarah
Rangkuman Sejarah Hari Kesaktian Pancasila
Peristiwa pembunuhan para perwira militer tersebut dilatarbelakangi oleh kelompok pemberontak yang menamai diri mereka sebagai Gerakan 30 September (G30S).
Peristiwa gerakan 30 September 1965 berlangsung selama dua hari, yakni tanggal 30 September kegiatan kordinasi dan persiapan, serta tanggal 1 Oktober 1965 dini hari saat pelaksanaan penculikkan dan pembunuhan.
G30S berhasil menguasai Radio Republik Indonesia (RRI) dan kantor Telekomunikasi sebagai pusat komunikasi nasional.
Mereka mengumumkan para perwira korban penculikan dan pembunuhan adalah Dewan Jenderal yang hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Ir. Soekarno.
Kemudian, mereka menerangkan telah membereskan Dewan Jenderal dan memperkenalkan diri sebagai Gerakan 30 September.
Pengumuman kedua, mereka menyampaikan telah membentuk Dewan Revolusi yang akan menggantikan kabinet Soekarno.