Pengamat Nilai Gaya Komunikasi Risma yang Marah-Marah, Ada 2 Pesan yang Tersirat
Pengamat politik Adi Prayitno memberi tanggapannya soal gaya komunikasi Risma yang marah-marah, ada 2 pesan yang tersirat.
Penulis: Shella Latifa A
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Sosial Tri Rismaharini sempat menjadi sorotan publik beberapa waktu lalu.
Sosoknya disorot lantaran memarahi-marahi seorang pegawai pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di depan khalayak umum.
Sikap marah-marah Risma ini menuai komentar dari masyarakat hingga pejabat politik.
Pengamat Politik Adi Prayitno pun memberi analisisnya terkait gaya komunikasi Risma tersebut.
Dari sisi komunikasi politik, Adi menyebut ada 2 pesan yang ingin disampaikan Risma lewat aksinya.
Baca juga: Cair Oktober 2021, Akses cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek Penerima Bansos PKH Tahap IV
Pertama, menurut Adi, kemarahan tersebut dipertontonkan Risma untuk menunjukkan dirinya adalah sosok pemimpin yang berbeda.
"Ingin mempertontonkan publik bahwa dia punya diferensisasi, punya pembeda dengan yang lainnya," kata Adi, dikutip dari tayangan YouTube TV One, Selasa (5/10/2021).
Kedua, kata Adi, Risma ingin apa yang ia lakukan viral, kemudian menjadi perbincangan.
Dimana, cara itu dilakukan demi memancing publik membahas satu problem yang serius.
Baca juga: POPULER Nasional: Cerita Moeldoko Berambisi Jadi Presiden | Roy Suryo Unggah Foto Risma
Ia pun mencontohkan, sikap marah-marah Risma terkait PKH, yang sebetulnya menyiratkan pesan bahwa ada permasalahan data.
"Ketika Risma marah-marah tentang pendamping PKH, satu hal yang ingin ditegaskan bahwa persoalan data PKH penerima bansos emang amburadul."
"Ketika Risma duduk di lampu merah, itu menegaskan bahwa persoalan semrawut di lampu merah tidak selesai sampai sekarang," jelas Adi.
Alhasil, menurut Adi, Risma ingin dilihat sebagai seorang pemimpin punya pembeda dengan yang lainnya.
Kemudian, dikenal sebagai sosok yang berani melakukan hal tidak wajar demi menyampaikan pesan-pesan yang harus menjadi perbincangan serius bagi publik.
Baca juga: Sempat Tersinggung Warganya Dimarahi, Gubernur Gorontalo Minta Maaf ke Risma
Akan tetapi, di sisi lain, Adi mengatakan aksi marah-marah Risma ini cenderung tidak disukai publik.
Cara komunikasi Risma itu mengingatkan Adi pada sosok Basuki Tjahja Purnama (Ahok), yang mendapat respon buruk dari publik karena sikap marah-marahnya.
"Mengingatkan dengan apa yang terjadi Ahok, Ahok kurang hebat gimana, dinilai kerja yang bagus dan tegas."
"Tapi karena sering marah-marah justru tidak mendapat respon yang postif, malah sebaliknya," jelas dia.
Sebelumnya, aksi marah-marah Risma itu terjadi pada rapat yang diselenggarakan di Gorontalo, Kamis (30/9/2021).
Sejumlah pihak menyesalkan tindakan Risma yang marah-marah, termasuk Gubernur Gorontalo sendiri, Rusli Habibie.
Kabar terbaru, kini polemik tersebut telah usai, Risma diketahui meminta maaf pada pegawai PKH tersebut.
Sang Gubernur juga meminta maaf kepada Mensos Risma.
Fadli Zon Sarankan Risma Jalani Terapi
Kemarahan Risma itu pun dikritik oleh Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Fadli Zon.
Fadli Zon menilai kemarahan Risma di depan umum sudah melebihi batas.
Menurutnya, sebuah masalah tak akan selesai dengan cara meluapkan amarah.
Baca juga: Risma Kembali Marah-marah, Hidayat Nur Wahid hingga Pengamat Desak Jokowi Tegur Sikap Mensos
Hal itu ia sampaikan melalui akun Twitter-nya,@FadliZon, Minggu (3/10/2021).
"Perilaku marah-marah di depan publik dengan kekerasan verbal ini sudah melampaui batas, juga tak selesaikan masalah," tulis dia.
Tak hanya kritik, Fadli Zon juga menyarankan Risma untuk segera menjalani terapi.
Terapi tersebut disinyalir dapat melatih seseorang dalam mengontrol emosi amarah.
"Sebaiknya segera ikut terapi “anger management” (manajemen kemarahan)," imbuh politisi Gerindra itu.
(Tribunnews.com/Shella Latifa)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.