Kongres 2021, Partai Pelopor Putuskan Berganti Nama
Partai Pelopor menyelenggarakan kongres di Hotel Acacia, Kramat Raya, Jakarta Pusat dengan tema "Konsolidasi Menuju Pemilu 2024", Sabtu (9/10/2021).
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Pelopor menyelenggarakan kongres di Hotel Acacia, Kramat Raya, Jakarta Pusat dengan tema "Konsolidasi Menuju Pemilu 2024" pada Sabtu (9/10/2021).
Kongres yang diadakan menjelang Pemilu 2024 ini merupakan kongres pertama tanpa kehadiran pendiri sekaligus ikon Partai Pelopor, Rahmawati Soekarno Putri yang wafat beberapa bulan lalu.
Partai yang berdiri pada 29 Agustus 2002 ini dipimpin oleh Ketua Umum Eko Suryo Santjojo dengan Sekretaris Jenderal, Ristiyanto.
Dalam pidatonya, Ketua Umum Partai Popor Eko Suryo Santjojo mengatakan ada beberapa poin usulan kongres yang diusulkan oleh para peserta yakni perubahan nama partai pelopor, perubahan ADRT dan perubahan kepengurusan.
"Jadi kongres hari ini mengagendakan perubahan nama partai pelopor, AD/ART Partai dan susunan kepengurusan diparpol baru tersebut, Selanjutnya saya berharap hari ini selesai agar Minggu depan bisa didaftarkan ke kemenkumham," kata Eko kepada wartawan, Sabtu (9/10/2021).
Baca juga: Partai Buruh Pasang Target Menang 10 Pilkada dan Raih 20 Kursi DPR, Pengamat Bilang Berat
Eko melanjutkan dengan nama partai baru nanti dirinya berharap kedepan tidak bicara lagi sebagai partai nasional tapi lebih luas yakni yang ada untuk segmentasi yang lebih jelas.
"Ke depan dengan nama partai baru saya berharap kita tidak lagi berpartai politik yang menjual idiom nasionalisme ataupun reliji yang pada akirnya mendikotomi dan menghadap-hadapkan seolah religi lawan nasionalis," ucapnya.
"Oleh karena itu Partai baru ini harus mejadi triger sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, tidak terjebak dalam dikotomi SARA yang akirnya mendegradasi pentas politik Indonesia saat ini," lanjutnya.
Selanjutnya menurut Eko, akibat dikotomi politik nasionalis religius menyebabkan terjadinya degradasi nilai dunia politik Indonesia yang hasilnya memecah belah masyarakat yang tergambar dari munculnya istilah cebong dan kadrun.
"Labeling cebong, kampret dan kadrun jelas telah merusak tatanan politik nasional akibat idiom nasionalisme dan religius. Inu merupakan produk industri demokrasi yang menciptakan buzzer-buzzer bayaran yang prilakunya jauh dari nilai-nilai Pancasila," ucapnya.
Eko memaparkan nilai-nilai Pancasila yang digali dari budaya dan norma agama masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perdesaan menjadi inspirasi lahirnya nama baru mengganti nama Partai Pelopor.
"Pancasila yang digali dari norma adat dan norma agama harusnya melahirkan kehidupan politik yang sehat bukan malah merusak tatanan politik dimana seolah kalau ada kelompok nasionalis artinya lawan kelompok religi. Kondisi seperti itu harus diakiri karena tidak sesuai dengan nilai Pancasila," tandasnya.
Kongres Partai Pelopor 2021 sendiri digagas oleh beberapa orang yakni Bonny Z Minang dan kawan-kawan yang selama ini di belakang layar mensupport perjuangan Almarhum Rachmawati Soekarno Putri.
"Partai pelopor yang Insya Allah hari ini akan berganti nama merupakan sarana dan prasarana untuk meneruskan perjuangan Bung Karno dan Ibu Rachmawati. Karena itu ini momentum untuk suksesor pemilu 2024 sekaligus memberi inspirasi baru dalam pentas politik nasional," ucapnya.
Seperti diketahui dalam kongres 2021 juga dihadiri 34 perwakilan dari tiap propinsi, 6 orang dari 12 pengurus partai pelopor hasil kongres 2008 yang separuhnya sudah meninggal dunia.
Turut hadir juga Silver Sambete Ketua DP Partai Pelopor dan Sekjen Partai Pelopor Listyanto seerta Wasekjen Franciskus Randi Lawe.