Mengenal Efek Samping dari Pengobatan Kanker Prostat yang Diidap SBY, Ini Kata Dokter Urologi
Untuk menyembuhkan penyakitnya, SBY berencana menjalani pengobatan di luar negeri. Seperti apakah pengobatan bagi pengidap kanker prostat?
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut mengidap kanker prostat stadium awal.
Untuk menyembuhkan penyakitnya, SBY berencana menjalani pengobatan di luar negeri. Seperti apakah pengobatan bagi pengidap kanker prostat?
Dokter Spesialis Urologi Prof dr Chaidir A Mochtar SpU(K), PhD mengatakan kanker prostat stadium awal dapat diobati dengan dua metode.
Metode pertama adalah operasi pengangkatan kelenjar prostat yang disebut radikal prostatektomi.
Sementara metode kedua adalah radikal radioterapi, penyinaran di wilayah panggul dan prostat pasien.
Namun, dr Chaidir mengatakan metode yang digunakan sangat bergantung pada usia dan preferensi pasien.
"Kita biasanya pakai patokan usia 70-75 tahun adalah batas untuk melakukan operasi radikal prostatektomi. Tapi kalau lebih berumur lagi, misal umur 80 itu nggak akan kita operasi. Jadi artinya dengan pengobatan lain bisa dikerjakan, misal terapi hormonal ataupun masih mungkin radioterapi bisa dikerjakan," kata dr Chaidir, ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (2/11/2021).
"Pengobatan itu juga ada preferensi pasien, kalau ada beberapa pilihan kan pasien yang memilih. Dokter mungkin hanya akan mengatakan kemungkinan terbaik ini, kemudian ini, dan ini. Pasien punya hak penuh atas tubuhnya, jadi mana yang dia pilih," imbuhnya.
Dua metode tersebut, lanjutnya, disebut memiliki angka kesintasan (survive) yang sangat baik.
Dalam 10 tahun ke depan, angka kesintasan bisa berada di atas angka 80 persen. Meski demikian, dua metode pengobatan itu tak lepas dari efek samping.
Baca juga: Didiagnosa Kanker Prostat, Begini Doa AHY Agar SBY Pulih Sedia Kala
Berdasarkan pengalaman dan literatur, dr Chaidir mengatakan ada dua efek samping yang kerap dikeluhkan pasien yang menjalani radikal prostatektomi. Yaitu mudah mengompol dan disfungsi ereksi.
"Itu dua keluhan utama yang akan timbul, walaupun disfungsi ereksi bagi pasien diatas usia 60-an ereksi memang sudah agak berkurang, jadi banyak yang tidak mempermasalahkan. Tapi masalah mengompol itu yang paling dikeluhkan," katanya.
Sementara pasien yang menjalani radikal radioterapi juga memiliki dua efek samping, yaitu kencing berdarah dan disfungsi ereksi.
"Efek samping radiasi itu beda lagi. Salah satunya hematuria atau buang air kecilnya bisa mengeluarkan darah. Itu karena dampak sinar yang mengenai kandung kemih bisa menyebabkan terjadi peradangan yang berujung kencing berdarah," katanya.
"Disfungsi ereksi juga tetap bisa terjadi, karena pembuluh darah yang ke arah kemaluan terkena sinar jadi pasti akan mengecil atau mengkerut," pungkas dr Chaidir.