Lestari Moerdijat: Penanganan Stunting Harus Menjadi Kepedulian Bersama
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan, menekan angka stunting di tanah air harus menjadi kepedulian semua pihak.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan, menekan angka stunting di tanah air harus menjadi kepedulian semua pihak.
Karena, kata Lestari, hanya dengan anak dan generasi muda yang berkecukupan gizi, Indonesia mampu mewujudkan bangsa yang tangguh dan unggul di masa datang.
"Kita harus bisa memastikan bahwa anak dan generasi muda kita mendapatkan gizi yang baik untuk memenuhi target pembangunan berkelanjutan no 2 pada 2030 mengakhiri kelaparan, juga terkait stunting," kata Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Mewaspadai Kerawanan Gizi Anak Indonesia, Rabu (3/11/2021).
Baca juga: Tidak Hanya Asupan Gizi, Lingkungan Kotor pun Dapat Sebabkan Stunting
Lestari menjelaskan, itu berarti ada waktu delapan tahun bagi Indonesia untuk memenuhi target pravelensi stunting di bawah 20 persen, sesuai standar WHO, yang merupakan bagian dari satu target pembangunan berkelanjutan untuk mengakhiri kelaparan pada 2030.
Rerie, sapaan akrab Lestari mengakui, jumlah kasus stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 27,67 persen.
Angka itu, berhasil ditekan dari 37,8 persen pada tahun 2013.
"Namun angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu kurang dari 20," ucap Rerie.
Baca juga: Kejar Turunkan Stunting di Tahun 2024, BKKBN Latih 200.000 Calon Tenaga Pendamping Keluarga
Kondisi pandemi, ungkap anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, bahkan menghasilkan pertambahan 1,12 juta keluarga pra sejahtera yang berpotensi meningkatkan angka stunting.
"Kondisi tersebut membutuhkan kerja keras semua pihak, para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk menekan angka stunting di tanah air," jelas Rerie.
Kepala BKKBN Republik Indonesia Hasto Wardoyo mengungkapkan, secara umum di dunia sebenarnya terjadi penurunan angka stunting, namun di sejumlah negara termasuk Indonesia, angka stunting masih berada di atas standar WHO.
"Banyak negara mampu menekan angka stunting 1 persen-2 persen per tahun. Kita juga harus mampu merealisasikan hal itu," ujar Hasto.
Menurut Hasto, banyak hal yang menyebabkan angka stunting meningkat yaitu tingginya angka putus sekolah, pernikahan muda, serta angka kematian ibu dan anak yang tinggi.
Jadi kuncinya, tegas Hasto, berbagai upaya meningkatkan kualitas SDM menjadi sangat penting.
Dengan tingkat pravelensi stunting yang cukup tinggi di Indonesia, Hasto menilai, untuk mencapai stunting sesuai standar WHO pada delapan tahun mendatang, itu berarti harus tercapai penurunan angka stunting 5 persen per tahun.
"Sebuah angka penurunan yang belum pernah terjadi selama ini. Ini tugas yang berat dan perlu dukungan semua pihak," ujarnya.