Gus Yahya Bicara soal Tatanan Dunia: Tahapan Menuju Equilibrium Baru
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf justru meyakini tatanan dunia tengah menuju equilibrium baru.
Editor: Hasanudin Aco
"Mereka mulai berani berteriak, melawan ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Perlawanan itu perlahan tapi pasti muncul di sejumlah negara jajahan. Termasuk bangsa Indonesia," kata mantan anggota Wantimpres ini.
Baca juga: IPO: Said Aqil dan Yahya Staquf Miliki Kualitas Keumatan yang Setara
Inspirasi Dunia
Adalah para founding fathers, lanjut Gus Yahya, yang mula-mula meneriakkan mutlaknya membangun tatanan dunia yang baru, yang berkeadilan, satu bangsa hidup setara dengan bangsa lain. Tidak boleh ada lagi penjajahan dalam bentuk apapun.
"Sebelum Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa diperkenalkan, Bapak-Bapak kita sudah lebih dahulu memformulasikan tentang world view baru, lewat Pembukaan UUD 1945," jelas Gus Yahya.
Oleh sebab itu, juru bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid ini mengajak segenap komponen bangsa Indonesia untuk membangkitkan rasa bangga atas lahirnya NKRI.
Proklamasi kemerdekaan yang lalu diterjemahkan dalam Pembukaan UUD 1945 oleh para founding fathers, lanjut Gus Yahya, secara gemilang telah menjadi inspirasi bangsa-bangsa lain di dunia untuk mendapatkan kemerdekaan mereka.
Sejak bangsa Indonesia berhasil lepas dari cengkraman penjajah, maka bak taburan tunas yang mekar di musim hujan, bangsa-bangsa lain juga melakukan perlawanan, merebut kedaulatan dan menggapai kemerdekaan.
"Sangat jelas, para pendiri bangsa kita meneriakkan tentang kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dan karena itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan," terang Gus Yahya.
Jadi, kata Gus Yahya melanjutkan, para pendiri bangsa tidak hanya menginginkan Indonesia merdeka, tetapi lebih dari itu adalah seluruh bangsa di dunia harus merdeka dari kolonialisme dan imperialisme.
Cita dan wawasan internasional soal kemerdekaan dan kedaulatan ini, jelas Gus Yahya, antara lain disuarakan oleh para ulama dan santri pada era itu.
Santri dan Independensi
Maka, muncullah nama-nama besar seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Wahab Hasbullah, KH Agus Salim, KH Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo dan lain-lain.
Mereka, lanjut Gus Yahya, adalah kader-kader bangsa produk asli pesantren.
Sebab, katanya, sebelum praktek politik etis oleh Belanda, bangsa Indonesia hanya mengenal pesantren sebagai lembaga pendidikan.