Mantan Menhan Ryamizard Ryacudu Kecewa Pada Mendikbud Terkait Penanaman Kesadaran Bela Negara
Ryamizard Ryacudu mengungkapkan kekecewaannya pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) terkait penanaman kesadaran bela negara
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan kekecewaannya pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) terkait penanaman kesadaran bela negara.
Namun demikian, ia tidak menyebut nama Mendikbud yang dimaksudnya.
Ryamziard yang berbicara dalam Dialog Kebangsaan Bela Negara Tanggung Jawab Bersama yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Rabu (10/11/2021) itu awalnya mengungkapkan ia ingin mengingatkan kembali pentingnya penanaman nilai-nilai kesadaran bela negara.
Penanaman nilai-nilai kesadaran bela negara, kata dia, merupakan pondasi kekuatan bangsa guna menjaga tetap utuh dan tegaknya NKRI serta menjamin keselamatan bangsa dari tantangan dan ancaman yang masih akan terus berlangsung.
"Saya juga agak kecewa itu kepada Mendikbud," kata Ryamizard dalam acara yang disiarkan di kanal Youtube PKS TV pada Rabu (10/11/2021) tersebut.
Menurutnya, untuk menjadikan anak yang bermoral dan berwawasan kebangsaan harus dimulai sejak kelas 1 SD.
Baca juga: Berdirinya Budi Utomo sebagai Usaha Pertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ia mengatakan generasi milenial saat ini memang harus mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal.
Namun demikian, kata dia, generasi milenial juga harus memahami wawasan kebangsaan, sejarah para pahlawan, dan pengorbanan yang telah diberikan para pahlawan untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
"Dan dia juga harus mengerti ajaran-ajaran agamanya sehingga dia tidak keluar ke mana-mana, tetap berpegangan pada yang tiga itu. Karena milenial saja, dia tidak mengerti agama, akan banyak rusak moral, wawasan kebangsaan apalagi," kata Ryamizard.
Ia mencontohkan salah satu yang membuatnya kecewa adalah ketika sekira tiga tahun lalu sempat menonton acara semacam cerdas cermat di televisi.
Di dalam acara tersebut, kata Ryamizard, para peserta acara tersebut tidak ada yang tahu di mana letak Candi Borobudur.
"Tidak ada yang memilih Indonesia. Bagaimana dia mencintai bangsa. Orang saja di luar negeri terkagum dengan Borobudur, ini tidak tahu ditanya Borobudur. Ini salah satu. Ketidak adaan wawasan kebangsaan, budi pekerti," kata Ryamizard.
Ia pun melanjutkan bela negara merupakan sikap, tindakan, perilaku yang bela negara juga menjadi bagian dari upaya penguasaan karakter dan jati diri bangsa yang berkepribadian dan berkebudayaan.
Kesadaran bela negara, kata dia, penting untuk ditanamkan sebagai landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia sebagai bentuk revolusi mental.
Selain itu, kata dia, penanaman kesadaran bela negara juga merupakan bentuk upaya membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas dinamika, ancaman, sekaligus untuk mewujudkan ketahanan nasional.
Menurutnya, hal itu karena kesadaran setiap warga negara yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power bangsa bahkan akan memberikan effect detterent bagi negara lain yang ingin mencoba mengganggu kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
"Di sisi lain, kesadaran bela negara juga menjadi modal sosial bangsa untuk membangun diri menjadu bangsa yang maju, berkepribadian, dan berkebudayaan agar sejajar dengan negara lain atau negara maju lainnya dalam peradaban dunia," kata Ryamizard.