Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kepala BKKBN: Pencegahan Stunting Jadi Kunci Menuju Generasi Emas Indonesia

salah satu kunci sukses dari kemajuan Generasi Emas Indonesia Maju adalah keberhasilan pencegahan permasalahan stunting

Editor: Content Writer
zoom-in Kepala BKKBN: Pencegahan Stunting Jadi Kunci Menuju Generasi Emas Indonesia
Kanal YouTube BKKBN Official
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat menjadi pembicara di Webinar BKKBN yang bertajuk Perencanaan Kehamilan dan Keluarga Berkualitas untuk Pemenuhan Hak Ibu dan Anak menuju Generasi Emas Indonesia Maju. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pada tahun 2045, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, yang ditandai dengan angka jumlah rata-rata penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang mengalami surplus, dan lebih tinggi jika dibandingkan jumlah rata-rata penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Fakta tersebut ditambah dengan Indonesia yang genap berusia 100 tahun pada 2045 nanti, membuat mereka yang berusia produktif pada tahun 2045 disebut sebagai generasi emas. Mereka nantinya akan menjadi tulang punggung bangsa dan menjadi pemimpin Indonesia kelak.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Webinar BKKBN yang bertajuk “Perencanaan Kehamilan dan Keluarga Berkualitas untuk Pemenuhan Hak Ibu dan Anak menuju Generasi Emas Indonesia Maju”  pada Selasa (16/11/2021) lalu mengungkapkan, salah satu kunci sukses dari kemajuan Generasi Emas Indonesia Maju adalah keberhasilan pencegahan permasalahan stunting yang kini masih dialami anak-anak Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting. Salah satunya dengan menjadikan ‘penurunan prevalensi stunting’ sebagai agenda utama pemerintah.

Upaya ini pun terus dilakukan pemerintah melalui berbagai Kementerian dan BKKBN yang menjadi garda terdepan dalam proses menuju Generasi Emas Indonesia Maju, khususnya dalam pencegahan stunting dan perencanaan kehamilan demi menciptakan keluarga berkualitas.

“Upaya pencegahan stunting harus diutamakan. Pencegahan stunting akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pencegahan dilakukan jauh di hulu bukan hanya di hilir,” ungkap Hasto.

Hasto menambahkan, untuk pencegahan bayi lahir stunting diperlukan penanganan khusus terhadap berbagai faktor, baik faktor jauh dan dekat. Menurut Hasto, faktor jauh mulai dari berbagai persoalan di luar penyebab utama, yaitu ketersediaan air bersih, rumah tidak layak huni, dan berbagai permasalahan lainnya.

Berita Rekomendasi

Sedangkan faktor dekat terdiri dari jarak kelahiran dan jarak kehamilan. Apabila jarak ini tidak bisa dijaga, maka potensi bayi yang lahir stunting akan semakin besar. Masalah perencanaan kehamilan seperti jarak kelahiran dan kehamilan, yang masuk ke dalam masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), jadi faktor dekat dari permasalah stunting

 Ia menegaskan bahwa jangan sampai kehamilan terjadi pada usia yang tidak tepat. “Soal kehamilan, kuncinya jangan terlalu muda, jangan terlalu tua, jangan terlalu sering, dan jangan terlalu banyak,” tegasnya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang turut hadir sebagai pembicara sependapat dengan Hasto. Ia pun menambahkan bahwa Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan perencanaan kehamilan memiliki peranan penting, tak hanya dalam pencegahan stunting, tetapi juga untuk membentuk Generasi Emas Indonesia Maju.

Menurut Muhadjir, tak hanya kelompok rentan, wanita usia subur juga harus melakukan perencanaan kehamilan, mengingat keduanya sangat berisiko tinggi melahirkan anak yang mengalami permasalahan gizi, salah satunya stunting.

Oleh karena itu, Muhadjir menambahkan perlunya edukasi untuk melakukan perencanaan kehamilan, dah hal ini pun dilihat dari persiapannya. Selain itu, kunci utama dari kehamilan wanita adalah kesehatan fisik, mental, dan gizi.

Apabila ketiga aspek tersebut terpenuhi dalam program 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), maka potensi melahirkan generasi yang unggul akan lebih besar. Singkatnya, anak yang dilahirkan akan memiliki kecerdasan, cukup secara gizi, dan terhindar dari kasus BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

“Kolaborasi dan koordinasi sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang harus dilakukan bersama-sama,” tambah Muhadjir.

Ke depannya, permasalahan stunting memerlukan peran dari multisektor untuk penanganannya. Maka itu, BKKBN akan menggiatkan Program Pendamping Keluarga dengan mengerahkan 600 ribu tenaga Pendamping Keluarga di seluruh Indonesia.

Pendamping Keluarga ini terdiri dari berbagai profesi, antara lain kader Keluarga Berencana (KB), kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan bidan.

Nantinya, para Pendamping Keluarga berfokus untuk memantau keluarga dan penduduk selama menjalani program perencanaan kehamilan dan pada 1000 HPK.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas