Jubir Luhut Pandjaitan Respons Tudingan Banyaknya TKA China di Industri Smelter
Jodi Mahardi menanggapi tudingan banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di industri Smelter Nikel.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dodi Esvandi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, menanggapi tudingan banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di industri Smelter Nikel.
Tudingan itu sebelumnya disampaikan anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mulyanto, yang menyebut banyak TKA yang bekerja di industri smelter tidak berkualifikasi tenaga ahli, dan di antaranya malah datang ke Indonesia dengan visa turis.
Menjawab tudingan itu Jodi mengatakan sejak awal pemerintah memiliki peta jalan atau roadmap untuk komoditas mineral nikel.
Selama puluhan tahun, kata Jodi, Indonesia tidak pernah memiliki yang namanya pabrik pemurnian nikel seperti saat ini, dan selama ini hanya ekspor terus bahan mentahnya.
Baca juga: Respons Kemnaker Soal Tudingan Banyak TKA China di Industri Smelter
"Terus kita baru mulai beberapa tahun terakhir sejak dipimpin Presiden Joko Widodo. Bagaimana bisa kita langsung mau punya pabrik mobil listrik? Kan tidak bisa seperti itu cara berpikirnya. Semua harus disiapkan dan dilakukan secara bertahap. Jangan kita jadi bangsa yang maunya semua instan," kata Jodi saat dihubungi Tribun, Selasa (23/11/2021).
Jodi mengatakan, butuh waktu untuk sampai kepada tahap pengembangan ekosistem mobil listrik.
Untuk beberapa tahun terakhir, masih fokus pada peningkatan produksi stainless steel dari hasil pengolahan nikel tersebut, sambil secara bertahap menyiapkan semua kebutuhan untuk pembangunan pabrik komponen baterai.
Baca juga: Legislator PKS Minta Luhut Tak Lepas Tangan Soal Maraknya TKA China pada Industri Smelter
Selain itu, pemerintah juga mendorong pendirian politeknik di berbagai kawasan industri sebagai bagian dari komitmen melakukan transfer teknologi.
Jodi menegaskan bahwa semua itu butuh kerja dan waktu yang tidak sebentar.
"Belum lagi dengan segala keterbatasan seperti tenaga kerja skilled di sekitar lokasi yang memang harus kita akui saat ini masih kurang karena di era-era yang dulu memang penyiapan tenaga kerja yang dibutuhkan belum menjadi perhatian serius," ujarnya.
"Tapi ini juga jangan disalah artikan. Kita justru harus menjadikan ini sebagai potensi, artinya anak-anak muda Indonesia ke depan bisa mulai melirik bidang ini," tandasnya.
Baca juga: Anggota DPR Apresiasi Komitmen Pembangunan Smelter PT Freeport di Gresik
Sebelumnya Mulyanto meminta Luhut agar tidak lepas tangan dengan banyaknya tenaga kerja asing (TKA) China di industri smelter nikel.
Apalagi dengan alasan, bahwa kita tidak memiliki SDM untuk itu.
Menurut Mulyanto, kondisi banyaknya TKA yang bekerja di industri smelter tidak berkualifikasi tenaga ahli dan di antaranya datang ke Indonesia dengan visa turis, sangat merugikan tenaga kerja domestik dan pemasukan pajak negara.