Ketua Umum LAM-KPRS: 663 Rumah Sakit yang Beroperasi di Indonesia Belum Terakreditasi
Ketua Umum LAM-KPRS, Andi Wahyuningsih Attas mengatakan, dari total 3.145 rumah sakit yang ada di Indonesia, baru 2.482 yang terakreditasi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Lembaga Akreditasi Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (LAM-KPRS), Andi Wahyuningsih Attas mengatakan, saat ini dari total 3.145 rumah sakit yang ada di seluruh penjuru Indonesia, baru 2.482 rumah sakit yang terakreditasi.
Ini artinya, sebanya 663 rumah sakit belum terakreditasi.
Padahal pemerintah sendiri menargetkan tahun 2023 mendatang seluruh rumah sakit telah mengantongi akreditasi.
"Akreditasi rumah sakit berguna untuk mendapatkan gambaran bagaimana pemenuhan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit-rumah sakit di Indonesia, sehingga mutu pelayanan rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan," kata Andi Wahyuningsih kepada wartawan, Selasa (23/11/2021).
Akreditasi juga bentuk pengakuan pemerintah kepada rumah sakit yang telah memenuhi standar yang telah tetapkan dan menjadi faktor sangat penting untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit.
Baca juga: Penjelasan Kemenkes Soal Rencana Vaksin Booster Berbayar Mulai Tahun 2022
"Persoalan akreditasi ini sangat penting, sehingga harus mendapatkan perhatian utama seluruh health care provider," ungkap Wahyuningsih.
Saat pengukuhan organisasi dan pelantikan pengurus Lembaga Akreditasi Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (LAM-KPRS) di Jakarta belum lama ini, Wahyuningsih mengatakan, akreditasi penting mengingat rumah sakit memberikan pelayanan yang paling kritis dan berbahaya dalam sistem pelayanan dan sasaran kegiatannya adalah jiwa manusia.
"Ini artinya pekerjaan rumah terkait persoalan akreditasi RS masih cukup panjang," ujarnya.
Menurut Wahyuningsih, dengan tantangan global yang semakin kompleks, maka standar mutu rumah sakit di Indonesia juga dituntut untuk sejajar dengan mutu pelayanan rumah sakit tingkat Internasional.
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus dilakukan seluruh rumah sakit di Indonesia secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
"Kami berharap akreditasi tidak dijadikan sebagai beban, namun dijadikan pemacu untuk menaikkan kelas rumah sakit tersebut.
Jika rumah sakit tersebut memiliki akreditasi yang baik, saya yakin jumlah pasien yang datang juga akan semakin banyak dan tingkat kepuasaan pasien pun akan semakin meningkat," imbuhnya.
Lebih lanjut Wahyuningsih mengatakan, bahwa RS akan dirugikan jika tidak segera melakukan akreditasi.