Diskusi Jelang Muktamar NU, Perguruan Tinggi NU dan Rumah Sakit NU Makin Banyak Berdiri
Apalagi menjelang muktamar, isu terkait bonus demografi juga perlu diperhatikan ‘jangan sampai pihak luar yang semangat membicarakan muktamar.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Santri Muda Nahdlatul Ulama atau SMNU menggelar diskusi publik secara daring dengan tema ‘Mukatamar NU, Menjaga Karomah NU’ menghadirkan narasumber Kyai Husny Mubarok Amir (Wakil ketua PWNU DKI Jakarta), Kyai Syaifuddin, M.E (Ketua PCNU Jakarta Pusat) dan M. Ainul Yaqin (Ketua Lakpesdam NU D.I. Yogyakarta).
Kegiatan ini dipandu oleh moderator Gus Mahbub Ubaedi Alwi salah satu penggiat Santri Muda Nahdlatul Ulama Jawa Barat sekaligus pengurus PB PMII.
Acara ini disambut antusias oleh para peserta dan narasumber yang hadir, sebab tema yang diangkat menandakan bahwa perhelatan muktamar NU menjadi perhatian bagi banyak kalangan, bukan saja kalangan santri muda NU.
Dalam pemaparannya, Kyai Syaifuddin menjelaskan bahwa kepemimpinan NU harus bisa menjadi role model bagi kalangan millennial namun tetap karismatik. Generasi millennial merupakan calon penerus NU yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga NU harus menangkap peluang ini.
Apalagi menjelang muktamar, isu terkait bonus demografi juga perlu diperhatikan ‘jangan sampai pihak luar yang semangat membicarakan muktamar, tapi kita hanya adem ayem’ tuturnya.
Husny Mubarok, dalam pembicaraan pembukanya menyampaikan bahwa prestasi NU Periode Kepemimpinan Kyai Said Aqil Siradj patut kita apresiasi, misalnya dengan semakin banyaknya Perguruan Tinggi NU dan Rumah Sakit NU.
"Ini menandakan kepemimpinan NU dibawah Kyai Said merupakan momentum kebangkitan ummat, kontribusi NU untuk bangsa dan negara kedepan akan semakin kuat dan menjadikan NKRI tangguh," katanya.
Dalam berkhidmad pada NU setidaknya ada dua amanah, yaitu amanah dinniyah dan wathaniyah yang harus selalu dijaga dan diperkuat.
Ketika ditanya soal adab santri dalam muktamar beliau menyampaikan ‘ada dinamika namun tidak layak, masak sih calon Rois atau Ketua umum akan dideklarasikan, kita yakini nanti pada proses muktamar akan ada proses langit, nanti akan ada para wali-wali Allah yang akan membantu muktamar. Ada campur tangan Allah dan para Kekasihnya, kita meyakini itu’. Katanya.
Disisi lain, M. Ainul Yaqin sebagai ketua Lakpesdam NU D.I.Yogyakarta menyampaikan karakteristik kepemimpinan yang baik adalah pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, beliau mencontohkan figur Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid yang telah memberikan tauladan dari kesederhanaanya namun pergerakannya tiada batas.
"Dulu saya waktu mondok di tambak beras, melihat Gus Dur datang pengajian naiknya mobil L300 yang mungkin tidak ada AC nya, dan beliau beberapakali saya melihat diacara yang lain, nampaknya tidak risau atau mempermaslahkan soal itu. Belum lagi bagaimana cara Gus Dur bersilaturahim," katanya.
Ketika disinggung terkait kepemimpinan NU yang akan datang, beliau lebih megajak bahwa jangan sampai kita generasi muda terbawa arus yang mencoba membenturkan para tokoh NU dari latarbelakang organisasinya.
"Untuk menghindari head to head yang berdampak pada besarnya polarisasi, mungkin perlu adanya mekanisme atau cara lain sehingga memunculkan calon alternatif," tutupnya.