Jubir Kominfo: Ancaman Hoaks dan Disinformasi Masih Membayangi Anak-anak di Indonesia
Upaya penanganan Covid-19 masih terganggu oleh ragam hoaks mengenai pandemi yang menyerang beragam kalangan tua ataupun muda.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi mengatakan semakin hari semakin banyak kabar baik yang diterima mengenai perbaikan pengendalian Covid-19 di Indonesia yang diakui dunia.
Namun, kata Dedy, upaya penanganan Covid-19 masih terganggu oleh ragam hoaks mengenai pandemi yang menyerang beragam kalangan tua ataupun muda.
Ia mengatakan, pada 20 November 2021 lalu, diperingati sebagai hari anak sedunia yang ditetapkan sejak tahun 1954 untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia.
Namun, ancaman hoaks dan disinformasi masih juga membayangi anak-anak termasuk di Indonesia.
Hal itu disampaikan Dedy dalam siaran pers Menolak Hoaks Covid-19 yang disirakan kanal YouTube FMB9ID_IKP, Kamis (25/11/2021).
"Analisis UNICEF di tahun 2021 yang berujung pada sebuah studi di Jerman pada tahun 2020 melaporkan bahwa 76 persen dari sekitar 2.000 anak usia 14 sampai 24 tahun setidaknya terpapar misinformasi atau disinformasi sekali dalam seminggu," kata Dedy.
Baca juga: Menkominfo Harap Presidensi G20 Indonesia Dorong Pemulihan Ekonomi Global
Survei lain, lanjut Dedy, dari UNICEF di 10 negara pada tahun 2019 menemukan bahwa 3/4 dari 14.000 lebih responden kaum muda yang disurvei tidak dapat menentukan kebenaran dari informasi yang diterima.
Selain itu, di laporan yang sama ditemukan bahwa penyebaran misinformasi atau disinformasi oleh mahasiswa di Indonesia dilakukan dengan motivasi untuk menyenangkan diri sendiri atau tanpa alasan tertentu.
Baca juga: Kominfo Dorong Generasi Muda Papua Aktif Bangkitkan Budaya dan Ekonomi
"Kondisi tersebut harus menjadi perhatian bersama, tentu kita tidak ingin generasi muda kita terus diancam hoaks dan disinformasi bahkan turut menyebar hoaks dan disinformasi," katanya.