PCR dan Antigen Disebut Masih Relevan Digunakan untuk Deteksi Virus Covid-19 Varian Omicron
Jubir Satgas Covid-19 RS UNS menyebut sampai saat ini pemeriksaan menggunakan PCR dan antigen masih relevan digunakan untuk mendeteksi virus.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Jubir Satgas Covid-19 RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto, menyebut sampai saat ini pemeriksaan menggunakan PCR dan antigen masih relevan digunakan untuk mendeteksi virus Covid-19.
Bahkan, kata Tonang, tes PCR dan antigen dapat digunakan untuk mendeteksi virus Covid-19 varian Omicron.
Hal tersebut disampaikan oleh dr Tonang dalam wawancara virtualnya di YouTube Tribunnews segmen Panggung Demokrasi: PPKM Level 3 Serentak Nataru, Rabu (1/12/2021).
"Sampai saat ini pemeriksaan menggunakan PCR dan antigen masih bisa digunakan untuk mendeteksi varian Omicron," jelas dr Tonang.
Kendati demikian, dr Tonang menyebut hal lain yang juga penting dilakukan adalah menaati protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi.
"Protokol kesehatan dan vaksinasi adalah kunci agar dapat meminimalisir terjadinya penularan virus Covid-19," sambung dr Tonang.
Baca juga: Kasus Covid-19 Terkendali, Kemenkes : Jumlah BOR di Rumah Sakit Turun Jadi 3 Persen
Baca juga: Nigeria Deteksi Kasus Pertama Covid-19 Varian Omicron dari Pelancong Afrika Selatan
Tonang menjelaskan kasus Covid-19 di Indonesia sudah mulai menunjukkan perbaikan.
Hal ini mengacu pada rendahnya laporan harian kasus Covid-19 yang berhasil dihimpun pemerintah.
Kendati demikian, menurut dr Tonang, jumlah testing di masyarakat masih kurang.
Sehingga, tidak menutup kemungkinan jika akhir tahun ini akan terjadi lonjakan kasus.
"Diharapkan masyarakat menjadi maklum bahwa sebenarnya Covid-19 itu belum selesai."
"Untuk itu mari kita tegakkan prokesnya, karena mau tidak mau itu adalah senjata kita menghadapi berbagai varian virus Covid-19," jelas dr Tonang.
Apalagi jika kita terpaksa harus melakukan perjalanan.
"Kalau memang pemerintah menerapkan aturan harus dengan tes saat bepergian, ya kita harus lakukan."
"Tapi kita juga harus menyadari hal lain yang paling penting adalah prokesnya, mau tidak mau kita harus ketat," sambung dr Tonang.
Baca juga: Covid 19 Picu Kelaparan di Amerika Latin dan Karibia ke Level Tertinggi dalam 15 Tahun Terakhir
Namun, dr Tonang menyarankan, jika memang aktivitas itu tidak terlalu penting, alangkah baiknya jika tidak bepergian.
"Tapi, kalau memang terpaksa harus terus dilakukan, maka kita harus taat prokes."
"Persoalan tes saat bepergian itu memang perlu, tapi kita tidak bisa fokus pada tes-nya saja, lolos atau tidak lolos."
"Kita harus menyadari mungking saja kita lolos tes, tapi saat perjalanan, kita tertular juga tidak tau. Prokes adalah hal utama untuk menghindari terjadinya penukaran virus."
"Tes hanya melengkapi, tapi tidak membuat kita merasa yakin kita bebas (dari virus), itu yang harus kita tekankan ke masyarakat," urai dr Tonang.
Pada kesempatan yang sama, dr Tonang juga menyinggung adanya kabar sial virus varian Omicron.
Menurut datanya, virus Omicron pertama kali terdeteksi di Botswana, Afrika bagian selatan.
Baca juga: Penelitian di India: Golongan Darah A, B, dan Rhesus Positif Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19
"Jadi varian ini pertama kali dilaporkan di Afika Selatan, namun sebenarnya bukan dari sana aslinya, tapi dari Botswana kasus pertamanya (terdeteksi), kemudian menyebar," jelas dr Tonang.
Tonang berharap varian Omicron ini tidak seberat varian Delta.
Meskipun ia memahami mutasi virus akan berjalan cepat.
Tonang menyebut, saat ini penelitian terkait virus Omicron masih terus berlangsung.
"Karena ini varian baru, kan juga tidak mungkin sengaja menginfeksi orang untuk mencari data, itu tidak mungkin."
"Kita hanya berusaha agar orang tidak terinfeksi saja. Tapi yang sudah terlanjur kena, ya kita amati." jelas dr Tonang.
(Tribunnews.conm/Galuh Widya Wardani)