Yahya Cholil Staquf: Saya Memang Menawarkan Diri Untuk Dipilih Jadi Ketua Umum PBNU
Tak main-main, Gus Yahya bahkan sampai berkeliling pelosok Indonesia ke cabang-cabang NU di daerah
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
Jadi ini nanti jelas bahwa ada kebutuhan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain dengan pemerintah atau swasta untuk membangun program-program ini yang untuk sekali lagi dilaksanakannya di cabang-cabang.
kerja sama ini terjalin nantinya jelas PBNU harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan kepada partner atau kerja sama tapi karena itu dilaksanakan di cabang-cabang maka PBNU punya kebutuhan untuk terus menerus memantau mengawasi mengevaluasi dan seterusnya pelaksanaan program di cabang itu dari waktu ke waktu.
Ini akan memicu konsolidasi struktural antara PBNU dengan jaringan PWNU dan PCNU di seluruh Indonesia, kalau sudah begitu kita bisa melihat suatu agenda nasional betul-betul digerakkan dibawa secara serentak karena NU ini punya sekitar 540 cabang di seluruh Indonesia.
Kalau kita berpikir bisnis, ini berarti 540 outlet yang di situ ada orang dan orang yang sebetulnya mampu bekerja, cuma karena keterbatasan resources di sebagian besar daerah mereka kurang mampu mengembangkan kegiatan-kegiatan, nah ini yang kita suplai program-program sehingga mereka jalan dan masyarakat setempat akan melihat peran NU di sana dan seterusnya.
Menyangkut kepemimpinan kekuasaan kita tahu bahwa Anda saudara (kakak) dengan Menag Gus Yaqut Cholil Qoumas. Tidak sungkan? Bagaimana anda menjelaskan ini seandainya terpilih walaupun bukan karena menteri?
Karena Yaqut jadi menteri itu kan juga bukan urusan saya, itu hak prerogatif presiden dan saya membangun wacana tentang apa yang saya sampaikan tadi sudah cukup lama dan sekarang saya menawarkan diri untuk melaksanakan visi itu.
Sudah lama saya tahun 2020 itu saya meluncurkan buku yang saya beri judul agak provokatif Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama disingkat PBNU. Itu sudah awal 2020 dan ini proses berpikir lama dan saya kembangkan. Sekarang menjelang muktamar ini saya kemudian ya menawarkan diri dan saya terbuka untuk menjalankan visi tadi.
Tapi Gus Yahya tak akan menggunakan privilege, atau fasilitas dan jaringan kementerian agama, atau justru jaringan Gus lebih luas daripada jaringan menag?
Begini ada banyak pengurus NU yang memang ASN Kemenag, itu ada cukup banyak tetapi yang saya memang tidak mau, buat saya ini bukan hanya dipilih sebagai Ketua Umum PBNU, tapi saya ingin mengajak, membangun konsensus bersama dengan cabang-cabang dan wilayah-wilayah lain, itu sebabnya ini mau saya forsir untuk ketemu dengan mereka secara langsung.
Saya sejak September berkeliling dan sekarang ini sudah lebih 400 cabang dan wilayah yang sudah saya temui langsung. Kalau saya mau menggunakan memanfaatkan Kementerian Agama, minta tolong adik saya, mungkin saya gak perlu berkeliling, dia bisa suruh jaringan pegawai-pegawai Kemenag apalagi yang menjadi pengurus (NU), tapi saya tidak, saya tetap datang, saya bertemu langsung, saya sampaikan pikiran-pikiran saya dan saya dengarkan mereka bicara.
Biasanya saya kalau pertemuan dengan cabang-cabang dan wilayah itu bisa sampai jam 1-2 malam, karena saya harus dengarkan satu per satu. Semua orang bicara dan kita diskusi, biasanya sekali ketemu itu rata-rata 20-30 cabang sehingga ya memang cukup melelahkan dan saya yakin ini harus dilakukan karena ingin ada konsensus.
Saya katakan kepada mereka kalau setuju dengan saya dan kebetulan bapak-bapak pilih saya dan saya berhasil jadi ketua umum, itu artinya insyaallah bapak-bapak akan tambah kerjaannya dan insyaallah mungkin tambah pusing juga. Semua ada konsekuensi bagi kita semua, dan alhamdulillah banyak dari cabang-cabang dan saya kira sudah sebagian besar menerima itu.
Itu dari safari atau roadshow, itu sudah 400an padahal pemilih 540an berarti sudah lebih dari 80 persen. Yakin jadi ketum?
Yakin ya yakin insyaallah tapi pertama ya soal begini ini kan kehendak Allah SWT, itu yang pertama. Tapi lebih lebih dari semua itu buat saya ini terpilih atau tidak terpilih sudah ada prestasi karena saya sekarang, saya berani katakan saya berhasil mentransformasikan cara pandang cabang-cabang dan wilayah ini tentang jabatan ketum, kalau selama ini mereka memilih ketum dengan cara berpikir bahwa mereka memilih seorang pemimpin besar yang nantinya terserah sesudah dipilih melakukan apa saja pokoknya suka-suka pemimpin.
Seperti membeli kucing dalam karung?
Bukan kucing dalam karung tapi seperti mendaulat raja. Kira-kira begitu, sekarang mereka bukan hanya dalam formalitas tapi secara aktual mereka sudah berpikir tentang jabatan ketum dan kepengurusan PBNU ini terkait dengan pekerjaan, karena saya sampaikan dengan mereka dalam dialog bahwa saya menawarkan diri ini terkait dengan pekerjaan, jadi kalau mereka pilih saya untuk mengerjakan hal yang lain saya tidak mau. Saya menawarkan diri untuk pekerjaan ini yaitu pekerjaan yang saya sampaikan mentransformasikan konstruksi organisasi. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)