Nurul Ghufron: Koordinasi Antaraparat Penegak Hukum Ringan di Lidah Tapi Mahal di Pelaksanaan
Nurul Ghufron mengungkapkan alasan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia tahun ini mengangkat koordinasi antaraparat penegak hukum terkait pemberantasan
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengungkapkan alasan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia tahun ini mengangkat koordinasi antaraparat penegak hukum terkait pemberantasan korupsi sebagai satu dari lima tema yang ada.
Menurutnya, hal tersebut karena koordinasi antaraparat penegah hukum pemberantas korupsi masih sulit dilakukan.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Diskusi Panel bertajuk Mewujudkan Sinergi Antar-Aparat Penegak Hukum dan Instansi Terkait sebagai Counterpartner yang Kondusif dalam Pemberantasan Korupsi di kanal Youtube KPK RI pada Senin (6/12/2021).
"Itu kenapa kami lakukan karena salah satunya adalah karena ternyata koordinasi itu mudah dan ringan di lidah, tapi mahal di pelaksanaan. Oleh karena itu mengundang langsung secara khusus Pak Menteri Koordinator Bidang Hukum dan Keamanan RI agar memadukan rangkaian simponi pemberantasan korupsi," kata Ghufron.
Menurutnya Indonesia sudah memiliki aparat yang jumlahnya banyak dan jaringannya luas.
Namun demikian selayaknya musik, kata dia, apabila tidak ada dirijennya maka suaranya akan sumbang meskipun masing-masing bermain dengan bagus.
Baca juga: Tjahjo Kumolo: Hari Antikorupsi Sedunia, Momentum Kuatkan Upaya Pemberantasan Korupsi
Ghufron kemudian menjelaskan tiga hal yang diharapkan bisa dikoordinasikan dalam kegiatan tersebut.
Pertama, kata dia, adalah agar visi seluruh aparat penegak hukum menjadi satu.
Menurutnya, apabila semua aparat penegak hukum memiliki satu visi maka tidak akan ada lagi ada tumpang tindih, saling melemahkan, saling rebutan atau saling melemahkan satu sama lain.
"Beda seragamnya beda kantornya, tapi mimpinya harus sama. Kalau visinya satu apapun bisa kita lakukan. Tapi kalau visinya tidak sama, bukan hanya kemudian kita tidak saling tegur sapa, bahkan saling sleding (jegal) yang terjadi," kata Ghufron.
Kedua, kata dia, agar aparat penegak hukum memahami dan menyadari tugas dan fungsinya masing-masing.
Seperti permainan sepak bola, kata dia, apabila aparat penegak hukum tahu siapa timnya, siapa lawannya, dan di mana gawagnya maka harus menempatkan diri pada posisi masing-masing.
"Maka setelah visinya sama kami berharap ada struktur, ada peran yang ditempatkan sesuai dengan kita memainkan irama pemberantasan korupsi," kata dia.
Ketiga, kata dia, ia berharap dari antaraparat penegak hukum bisa saling berbagi kelebihan dan saling menutupi kekurangan.
Menurutnya, KPK adalah lembaga perkawinan dari lembaga-lembaga yang ada dalam memberantas korupsi.
Baca juga: Mahfud MD Beda Pendapat dengan Bung Hatta: Salah Jika Kita Percaya Korupsi Adalah Budaya
Ia juga berharap acara rapat koordinasi aparat penegak hukum terkait pemberantasan korupsi dapat dilakukan setahun dua kali yakni pada pertengahan tahun dalam rangka evaluasi dan semester berikutnya bisa melaksanakan evaluasi tersebut.
Ghufron juga berharap agar aparat penegak hukum di Indonesia ini punya visi dan hati yang sama dalam memberantas korupsi.
"Jangan sampai kemudian di antara kita saling sikut, saling sleding (jegal), bahkan saling melemahkan. Yang bertepuk tangan, gembira, sesungguhnya yang korupnya," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.