Fenomena Astronomi Pekan ke-2 Desember: Puncak Hujan Meteor Monocerotid dapat Disaksikan Malam Ini
Fenomena Astronomi Pekan ke-2 Desember: Puncak Hujan Meteor Monocerotid dapat disaksikan malam ini mulai pukul 19.40 hingga fajar dari Timur ke Barat.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
Skala Bortle adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya.
Semakin besar skalanya, maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.
2. Puncak Hujan Meteor Chi-Orionid (10-11 Desember)
Chi-Orionid adalah hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat bintang Chi-Orionis konstelasi Orion.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit Matahari dengan periode 3,35 tahun.
Hujan meteor Chi-Orionid dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenam Matahari) waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur hingga Barat.
Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia mencapai 2,5-2,9 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote).
Hal ini karena titik radiannya berkulminasi pada ketinggian 59°-76° di arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.
Fenomena ini dapat disaksikan jika cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang.
Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100% minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.
Skala Bortle adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya.
Semakin besar skalanya, maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.
Intensitas hujan meteor ini diperkirakan sedikit berkurang, karena Bulan akan berada di sekitar zenit saat titik radian sedang terbit.
Baca juga: Kaleidoskop 2021 - Fenomena Astronomi: Gerhana Bulan Total, Hujan Meteor Orionid, Nadir Kabah
3. Fase Bulan Perbani Awal (11 Desember)