Bedah Buku 'Legasi Pak Harto' Tentang Peninggalan dan Karya Presiden Soeharto
Memperingati 100 tahun kelahiran Presiden ke-2 Soeharto, sebuah buku diluncurkan berjudul 'Legasi Pak Harto'.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA- Memperingati 100 tahun kelahiran Presiden ke-2 Soeharto, sebuah buku diluncurkan berjudul 'Legasi Pak Harto'.
Buku ditulis oleh Mahpudi MT dan dibedah oleh sejumlah narasumber diantaranya pakar komunikasi Effendi Gazali, Pakar Ekonomi Anthony Budiawan, serta Cicit Soeharto, Haryo Putra Nugroho Wibowo di Jakarta Convention Center, Sabtu, (11/12/2021).
Mahpudi mengatakan penulisan buku tersebut terinspirasi dari ekonom dunia warga negara Amerika bernama Esther Duflo yang meraih nobel ekonomi.
Baca juga: Kata ICW Soal Langkah Hukum Tommy Soeharto Terkait Asetnya yang akan Disita BLBI: Itu Itikad Buruk
Ia meneliti bagaimana pengaruh SD inpres dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi indonesia dengan pendekatan tidak biasa. Padahal di dalam negeri sendiri terutama pasca Reformasi, sangat jarang penelitian tentang Soeharto.
"Apa yang dilakukan Esther Duplo ini menurut saya mencengangkan karena sekarang ini ketika bangsa Indonesia di era reformasi cenderung mengabaikan penelitian atau studi mengenai apa yang telah dilakukan pak Harto," katanya.
Menurutnya selama 31 tahun memimpin Indonesia, banyak karya yang telah dihasilkan Pak Harto. Karya-karya tersebut kemudian ia buat menjadi kompilasi yang merupakan legasi Pak Harto.
Baca juga: Aset Perusahaan di Karawang Disita Satgas BLBI, Begini Respons Tommy Soeharto
"Saya mencoba mengkompilasikan 11 legasi dari prasasti yang diteken Pak Harto. Untuk diketahui pada masanya pak Harto menandatangani Prasasti setiap selesai sebuah pembangunan," katanya.
Selama memimpin kata dia, paling sediikit terdapat 1.740 prasasti yang ditandatangani pak Harto. Selain itu pak Harto juga membangun 999 masjid dengan pendekatan yang tidak berbasis anggaran.
"Belum lagi kebijakan SD Inpres, transmigrasi, posyandu. Kiprah beliau yang sudah diletakan dan dirasakan kita bersama," katanya.
Baca juga: Gandeng Bintang Baru Raya, Perusahaan Tommy Soeharto Bangun Rest Area Khusus Truk di Karawang
Menurut dia selama ini apabila berbicara mengenai pak Harto masih selalu terseret dengan stereotip kisah kisah tentang supersemar, serang umum satu maret, dan yang lainnya. Peristiwa tersebut kata dia sudah menjadi sejarah yang harus menjadi pijakan untuk menatap masa depan.
"Tantangan hari esok adalah bagaimana mengurusi hari kemerdekaan, dengan kiprah kiprah lebih kontekstual. Karena itu saya berpikir perlu ada sebuah buku yang menyakini best practice yang sudah dilakukan pak Harto," pungkasnya.