Wakil Ketua MPR Nilai Transformasi Sistem Pendidikan Digital Harus Dilakukan Menyeluruh
Menyusun kurikulum atau profil pendidikan yang ideal di era disrupsi dengan pembelajaran digital bukanlah hal yang mudah.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengatakan bahwa menyusun kurikulum atau profil pendidikan yang ideal di era disrupsi dengan pembelajaran digital bukanlah hal yang mudah.
Menurutnya, menyusun konsep tentunya itu sesuatu yang lain tetapi bagaimana kita mengaplikasikannya di daerah kita masing-masing dengan keterbatasan.
Belum lagi kita masih harus berhadapan dengan permasalahan teknologi dan jangkauan internet yang meskipun saat ini Kominfo sudah dengan sangat baik mempersiapkan seluruh jaringan tetapi tidak selalu teknologi ini dapat kita andalkan.
“Peningkatan akses informasi, jaringan sosial dan partisipasi individual harus mengiringi perubahan teknologi, kemudian harus dibuat sebuah ruang yang memungkinkan adanya eksistensi proses belajar ke ranah digital," kata Lestari dalam diskusi bertema “Profil Pendidikan Ideal Menghadapi Disrupsi Pembelajaran Era Digital”, dikutip Senin (13/12/2021).
Sementara itu, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary, menyampaikan bahwa Kementerian Kominfo berkomitmen untuk memastikan tersedianya teknologi, platform, peralatan, dan sumber daya bagi para guru dan siswa untuk mendukung proses belajar-mengajar agar tetap dapat berjalan melalui berbagai media.
Baca juga: MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan, Siti Fauziah Ajak Mahasiswa Menyongsong Indonesia Emas 2045
Selain itu sebagai bentuk komitmen dalam peningkatan digital skill, Kementerian Kominfo telah menyelenggarakan berbagai program pelatihan serta memberikan beasiswa yang dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk para guru dan Aparat Sipil Negara (ASN).
“Guru memiliki peran penting untuk membantu siswanya menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan untuk melibatkan siswa untuk terus belajar meskipun kegiatan sekolah normal terganggu,” kata Septriana.
Selanjutnya, Dosen Pendidikan Matematika UNY, Dr. Ariyadi Wijaya, menyampaikan materi “Computational Thinking”, yaitu bagaimana mengajarkan anak-anak untuk memecah masalah menjadi lebih kecil (dekomposisi), kemudian pengenalan pola dan berpikir secara algoritma, yaitu berpikir secara sistematis menetapkan langkah penyelesaian masalah serta berpikir secara abstraksi, yaitu bagaimana memilah data dan informasi yang relevan.
“Berbicara teknologi itu bukanlah sekedar alat untuk mempermudah hal-hal teknis, tetapi lebih kepada alat untuk mengembangkan kemampuan digital," kata Ariyadi.
Syarat terpenting dari suksesnya transformasi digital adalah mindset, karena mindset adalah awal dari sebuah transformasi dan dasar dari segalanya yang akan mendikte apa yang kita lakukan dan apa yang kita lakukan akan memberikan hasil apakah sesuai yang kita harapkan atau tidak.
Demikian disampaikan Pengembang Inovasi Pendidikan, International Certified Trainer in Education for Asia, Prof Djohan Yoga yang berbicara tentang transformasi mindset dalam menghadapi disrupsi pembelajaran era digital.
Djohan juga menyampaikan kepada para tenaga pendidik untuk menumbuhkan “growth mindset” kepada anak didik kita, yaitu yang memiliki “Opportunity Based Thinking” dimana segala perubahan dianggap peluang untuk bertumbuh sehingga senang dengan perubahan.
“Inilah peran baru guru di era digital, kita tidak bisa mengalahkan google, tetapi kita bisa beralih peran yaitu bagaimana kita mengembangkan mindset anak-anak kita dari tidak mau dan tidak bisa menjadi mau dan bisa! Inilah tugas mulia guru yang tidak bisa diambil alih oleh teknologi apapun," tegas Djohan.