Sebut Jokowi Pemimpin Luwes, Menko PMK Banggakan Kebijakan Pemerintah Tak Pilih Lockdown
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menilai Presiden Joko Widodo adalah sosok pemimpin yang luwes.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Daryono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menilai Presiden Joko Widodo adalah sosok pemimpin yang luwes.
Muhadjir menilai Jokowi telah membuat berbagai terobosan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Muhadjir dalam webinar Leadership Transformation in Technology, Millenial, and Pandemic Disruption yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Magister Manajemen Eksekutif angkatan 71 (MME71) Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Sabtu 18 Desember 2021.
”Cara berpikir luwes dan adaptif, serta berani membuat terobosan itu telah dipraktikkan oleh Presiden Joko Widodo pada masa awal Indonesia menghadapi pandemi,” ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Sabtu (18/12/2021).
Baca juga: Pengembang Apartemen Ngaku Tak Terkendala Pandemi Saat Melakukan Pembangunan
Salah satu contoh kebijakan pemerintah yang mengadopsi konsep ini, kata Muhadjir, adalah tidak dilakukannya lockdown saat pandemi Covid-19.
Tetapi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kemudian berubah menjadi pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Muhadjir mengklaim melalui kebijakan tersebut, Indonesia diakui oleh dunia sebagai salah satu negara yang berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19 karena kasus positif berangsur melandai dan kasus meninggal dunia juga makin kecil.
Menurut Muhadjir, selain memiliki cara berpikir luwes dan adaptif, seorang pemimpin juga harus memiliki sifat filantropis, empati, dan altruis agar organisasi bisa dinamis dan berkelanjutan.
"Tanpa ketiga sifat itu, kemampuan seorang pemimpin belumlah lengkap,” ujar Muhadjir.
Baca juga: DAFTAR Lengkap Menteri Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Maruf Amin Periode 2019-2024
Era disrupsi, menurutnya, telah mendorong para pemimpin di berbagai sektor untuk mengubah praktik kepemimpinan agar keberlanjutan organisasi terjaga.
Disrupsi teknologi, pandemi, dan meningkatnya jumlah milenial menuntut para pemimpin memiliki cara berpikir luwes dan adaptif, serta perlu membuat terobosan.(*)