Masindo Ajak Masyarakat Bangun Kesadaran terhadap Risiko
Minimnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap risiko di sekitarnya dan cara menanggulanginya mendorong terbentuknya Masindo.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
“Saya mengucapkan terima kasih banyak atas dibentuknya Masindo karena bisa menyebarkan awareness lebih luas dan dalam lagi,” ujarnya.
Menurut Andien kesadaran yang rendah adalah pemicu utama masyarakat dapat terpapar risiko, baik dalam aspek kesehatan maupuk dampak terhadap lingkungan.
“Dengan mempelajari perilaku berisiko di kehidupan kita, maka kita akan lebih aware dan dapat mulai menerapkan pola hidup sehat dan bertanggung jawab.
Apalagi di era pandemi, sadar risiko menjadi semakin penting terutama untuk menekan penyebaran Covid-19,” kata Andien.
Baca juga: Lahirkan Lebih Banyak Wirausahawan Muda, LSPR Bangun Kolaborasi dengan Plan Indonesia
Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia, Dimas Syailendra Ranadireksa, menyatakan masyarakat sering bertindak tanpa memikirkan tentang risiko dan cara menanggulanginya.
“Masindo mempunyai visi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sadar dan peduli risiko untuk hidup lebih sehat secara jasmani dan rohani. Untuk merealisasikan visi tersebut dan kami akan membangun kesadaran mengenai risiko, dampak dan strategi menguranginya,” ujar Dimas.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan saat ini adalah mengedukasi masyarakat tentang konsep pengurangan risiko atau bahaya (harm reduction) guna mengurangi risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial terkait dengan kebiasaan tertentu melalui alternatif yang lebih baik, terutama jika berhenti total sulit dilakukan.
Dedek Prayudi, Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) turut menyatakan komitmennya dalam mendukung, bahkan berperan aktif dalam edukasi konsep pengurangan bahaya yang dilakukan Masindo.
Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia adalah kebiasaan merokok yang berpotensi mengancam negara dalam menikmati generasi emas 2045.
“Permasalahan rokok merupakan tantangan yang dapat dimitigasi dengan mengadopsi konsep pengurangan bahaya dalam kebijakan maupun melalui edukasi kepada masyarakat. Dengan menciptakan masyarakat yang sadar akan perilaku berisiko di sekitarnya, mereka diharapkan bisa menjadi solusi untuk berbagai masalah di bidang kesehatan, lingkungan, dan sosial,” kata Dedek.
Peneliti Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Satria Aji Imawan, menambahkan pengenalan terhadap produk tembakau alternatif, seperti snus, vape, dan produk tembakau yang dipanaskan, dapat menjadi bagian dari edukasi konsep pengurangan bahaya yang terkait dengan kebiasaan merokok.
Produk tersebut dikembangkan dengan menerapkan konsep pengurangan bahaya sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif dalam membantu mereka yang sulit berhenti merokok.
“Produk tembakau alternatif dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi persoalan prevalensi merokok. Hal ini perlu didukung oleh keterbukaan pemerintah, kajian ilmiah dari akademisi, dan perubahan perilaku masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi tentang sadar risiko yang merupakan misi utama dari Masindo,” kata Satria.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.