Psikolog Klinis Anak dan Keluarga: Pendemi Memicu Peningkatan Tekanan dan Kecemasan Ibu
Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani menjelaskan alasan munculnya gejala depresi dan kecemasan pada ibu.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebahagiaan Ibu menjadi salah satu kunci sukses proses perkembangan motorik hingga emosional anak.
Namun, tekanan dan kecemasan yang dialami Ibu semakin meningkat di masa pandemi, terutama dari segi finansial, kesehatan dan peran ganda ibu dalam mengurus rumah tangga serta perkembangan anak.
Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani mengatakan, permasalahan ekonomi dan kesulitan dalam menangani pengasuhan serta kegiatan sekolah anak dari rumah, dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan mental ibu, seperti munculnya gejala depresi dan kecemasan.
"Pada dasarnya semua jenis emosi ada manfaatnya dan boleh dialami secara wajar. Stres dibutuhkan untuk membuat kita lebih bersemangat. Namun jika stress berlebihan, Bunda bisa rugikan anak, diri sendiri dan seluruh keluarga," kata Ana saat webinar bagi para ibu yang mengusung tema “Mengelola Emosi Positif Bunda dalam Pengasuhan si Kecil yang diadakan Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia belum lama ini.
Baca juga: Ciri-ciri Sehat Mental: Lelah karena Kerja, Ambil Cuti untuk Berlibur
Dikatakannya, kesadaran akan kesehatan mental ibu masih minim apalagi faktor lingkungan dan budaya turut mempengaruhi sehingga ibu kerap kali mengabaikannya.
"Dukungan emosional dari lingkungan sekitar, khususnya keluarga di rumah sangat diperlukan ibu untuk menghadapi masa pandemi, terlebih agar ibu tidak merasa sendirian dan tetap semangat untuk mengasuh si Kecil menjadi Anak Generasi Maju,” kata Anna Surti Ariani.
Ana mengingatkan, kondisi tubuh terkait erat dengan kondisi psikis sehingga perlu sehatkan tubuh untuk sehatkan fisik.
"Kuasai cara tenangkan diri, lakukan kebiasaan baik , jika masalah terus berlanjut maka konsultasikan kepada ahli,” ujarnya.
Tidak hanya masalah rumah tangga, faktor internal lain seperti, toxic positivity yang merupakan kondisi untuk selalu berpikir dan bersikap positif sangat mempengaruhi kondisi mental ibu.
Ibu dituntut untuk terlihat sebagai sosok yang selalu bahagia dan memancarkan emosi positif sedangkan ibu yang berkeluh kesah karena kelelahan mengasuh anak kerap dipermalukan.
"Selain itu, faktor sandwich generation yang dialami ibu dalam mengasuh orang tua mereka beserta anak di waktu yang bersamaan juga sangat mempengaruhi," katanya.
Baca juga: 2.857 Kepala Keluarga Terdampak Banjir di Nagan Raya
Dilla Dinda, perwakilan Sahabat Bunda Generasi Maju (SBGM) Danone SN Indonesia dengan background pendidikan Gizi, menyatakan banyak Bunda yang berkonsultasi mengenai bagaimana sebaiknya pengasuhan anak yang dapat diterapkan sementara Bunda harus membagi perhatian dan pikirannya untuk hal lain juga.
Terkait event ini, Head of Careline & Communities Danone SN Indonesia, Flora Pramasari mengatakan, pihaknya memahami bahwa ibu memiliki peran yang sangat penting untuk anak dan keluarga.
"Kami meyakini bahwa pengasuhan yang sehat agar anak dapat tumbuh menjadi generasi maju harus dimulai dari Ibu yang sehat juga secara mental," katanya.
Acara ini, kata Flora bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi para Bunda yang telah gigih mengemban peran ganda dalam mengasuh anak dan mengurus segala pekerjaan rumah tangga selama ini.