Prabowo: Gaya Kepemimpinan dan Kepribadian Saya dengan Luhut Pandjaitan Sama-sama Keras
Prabowo mengaku belajar banyak dari sosok Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut Prabowo, Luhut adalah orang yang tegas dan berkemauan keras.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengakui bahwa dirinya mempunyai watak keras. Karakter itu sama dengan Luhut Binjar Panjaitan yang sekarang menjabat Menteri Koordinator Maritim.
Akibatnya, Prabowo mengaku sering berbeda pandangan dalam hal-hal tertentu, terutama dalam politik.
Hal itu diungkapkan Prabowo dengan lengkap dalam Buku Kepemimpinan Militer, Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
"Karena kadang sifat kami berdua yang sama-sama Alpha akhirnya juga sering terjadi percikan-percikan. Gaya kepemimpinan dan kepribadian kami sama-sama keras," jelasnya.
Namun, Prabowo mengaku belajar banyak dari sosok Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya, Luhut adalah orang yang tegas dan berkemauan keras.
"Beliau juga punya fisik yang baik. Beliau memimpin dari depan. Beliau sering lari, dan lari beliau selalu di depan. Saya memang tidak sekuat beliau larinya. Maklum, mungkin ini genetika, saya sering berseloroh orang-orang luar Jawa itu biasanya lebih kuat daripada orang dalam Jawa karena di luar Jawa kampung-kampung itu jauh," kata Prabowo.
Baca juga: Jawab Dituding Pencitraan Jalan Kaki Temui Prabowo, Sandiaga: Fokus Saya Adalah Pulihnya Ekraf
Menurut Prabowo, Bersama Luhut Binsar Pandjaitan ia berada dalam Detasemen 81 pada 1981, yang dikenal sebagai Gultor (Penanggulangan Teror) 81.
Awal mula pertemuannya dengan Luhut, kala itu, Prabowo masih berpangkat kapten, sementara Luhut baru kembali dari Operasi Nanggala 5 di Timor Timur.
Luhut kemudian diangkat menjadi kepala seksi 2 operasi dan Prabowo sebagai wakilnya.
Keduanya, bahkan saat itu langsung dikirim oleh sekolah Special Forces ke Amerika Serikat (AS).
Pada 1981 sejak kembali dari Amerika, Prabowo bersama Luhut dipanggil oleh Benny Moerdani.
"Kami diperintahkan untuk sekolah ke Jerman, sekolah antiteror GSG9. Setelah sekolah itu, kami diperintahkan membentuk pasukan antiteror yang kemudian diberi nama Detasemen 81 karena dibentuk pada 1981," tulis Prabowo dalam bukunya, dikutip Rabu (5/1/2022).
Tidak lama kemudian, cerita Prabowo, Detasemen 81 berhasil dalam operasi pembebasan sandera di Woyla.
"Ini adalah salah satu peristiwa pembebasan sandera yang paling terkenal di dunia pada saat itu," lanjut Prabowo.